Saturday, July 9, 2011

Wisata Religi




Apa yang saya lakukan ketika gelisah?


Pertanyaan di atas ibarat tidur yang dibangunkan, mimpi yang indah terganggu oleh hal yang lain, dan ketika semangat hidup sedang berkecamuk, gelisah pun datang. Problematika ini bagi saya wajar dalam hidup, tanpa rintangan, hidup seakan tak ada yang berarti. Manusia sewajarnya dapat mengatasi hal itu sebaik mungkin, cara yang positf tentunya. Contoh yang saya lakukan ialah wisata religi, mendengarkan lantunan merdu suara Kyai Kanjeng dan Cak Nun dalam acara Kenduri Cinta di Universitas Prof. Dr Hamka (UHAMKA) Pasar Rebo, Jakarta. Sabtu malam (9/7).


Acara dimulai jam 8 malam, namun langkahku belum beranjak dari kampus sampai pukul 21.00 WIB, faktor kendaraanlah yang menjadi pengganggu, urung niatku kesana. Tak lama kemudian tibalah teman saya- sebut saja Hadi namanya-dengan membawa motor hendak bertemu saya untuk sekedar ngobrol-ngobrol lepas pulang kerja. Saya ajak Hadi untuk ikut acara Kenduri Cinta, wisata religi saya bilang, “perlulah hati kita itu dicerahkan, patutlah kebutuhan rohani di isi, jangan jasmani saja”, ucapku. Sambil merayu-rayu dan berharap dia ikut agar saya juga ada yang menemani kesana (nebeng), tidak begitu lama Hadi pun setuju, meski badannnya lemah lepas pulang kerja sebagai Soft Colleptor. Jaket saya berikan kepadanya agar tubuh tetap hangat, dan saya yang menyetir.


Namun naas, kita berdua tidak tahu UHAMKA dimana, saya coba kirim pesan pada temanku menanyakan alamatnya, tak lama berselang pesanpun dibalas. “dr lmpu mrh psr rebo (yang perempatan) belok kiri, tar dpn rs. Harapan bunda puter arah, u liat sblh kiri ga jauh dr situ ada univ nya,” isi pesannya.


Kunci alamat sudah saya temukan tinggal pemberangkatannya saja, melewati jalur Ciputat tidak begitu macet, baru sekitar Jl. T.B Simatupang kemacetan terjadi akibat adanya pembangunan jalan, asap kendaraan terhirup habis karena kendaraan padat merayap sehingga menimbulkan penumpukan di jalanan. Perjalanan berlanjut, tiba di atas Fly Over kerlap-kerlip lampu kendaraan berjejeran sedikit bergerak namun tampak indah dilihat dari kejauhan. Singkat kata, perjalananpun sampai ketujuan-UHAMKA.


Kenduri Cinta acaranya, kenduri yang berarti hajatan atau jamuan yang menyuguhkan cinta didalamnya, vertikal dan horizontal. Vertikal disini terhadap sang Illahi, dan horizontal menandakan cinta terhadap sesama, tanah air dan semacamnya. Suguhan ini diberikan oleh Cak Nunn dalam arti untuk berdiskusi, bertukarpikiran, Kongkow kepada siapapun tanpa membedakan ras, budaya ataupun keyakinan. Bisa dibilang Kongkow ini lintas budaya multikultural.


Dengan gaya retorika yang menarik dan pengetahuan agama yang baik, Cak Nun bisa membawa audiens ikut terlibat didalamnya, masalah yang diangkat biasanya meliputi ranah agama, sosial, budaya, ekonomi bahkan masalah indonesia kekinianpun terjamahkan, aspek yang dibahas luas sehingga kita bisa tersediakan khazanah pengetahuan yang banyak dan tidak menghakimi suatu pendapat. Justru terkadang beliau mengajak audiens untuk diajak diskusi.


Kebetulan malam itu ada acara Peresmian Gedung Utama UHAMKA dan Cak Nun ada dalam rangkaian acaranya. Topik yang dibahas perihal masalah kebangkitan masyarakat indonesia dan diskusi tentang masalah-masalah sosial.


Dalam acara Kongkow itu teriring didalamnya musikalisasi dari Kyai Kanjeng, tak pelak dalam setiap acaranya selalu musik itu muncul, musik-musik hadroh, sholawatan, jawa yang kadang dicampuri musik-musik barat yang membuat musiknya menjadi hidup. Kudengar ditengah-tengah nyanyian sholawat terdapat lagu Ozzy Osbourne membuat suasana menjadi menarik. Campuran musik yang padu dan harmonis.


Biasanya acara Kenduri Cinta diadakan setiap kali sebulan di minggu keduanya. Jadwalnya tak tetap memang dikarenakan Cak Nun sering diundang diberbagai daerah, sehabis acara malam ini saja Cak Nun akan langsung ke Jogja untuk mentas dalam acara yang diadakan salah satu universitas disana.


Cukup menyegarkan Kongkow bersamanya, wisata religi kataku. Menyeguhkan kesegaran berfikir pada diri kita, memberikan hati yang segar setelahnya, dan mendapatkan motivasi sehabis pulang dari acara tersebut untuk menapak masa depan yang cerah. Sifat optimisme bukan pesimisme didapatkan dari acara ini, masalah kerohaniawanpun kita dapatkan sehingga bisa membuat hati kita yang gundah gulana menjadi segar dan ceria. Wajar saja saya menyebutnya wisata religi.

Salam damai dari kalbu...

0 comments:

Post a Comment