Hampir sepertiga hari saya melaluinya dengan penyuguhan diskusi di acara Kenduri Cinta. Bersama teman sehobi menyimak kajian diskusi tentang problematika hidup, all of context. Yang jelas perihal knowledge.
Dimulai dengan diskusi awal oleh Ir. Pritono dari birokrat pemerintah bersama Pa Taufiq salah satu pengusaha pada sesi pertama. Masuk waktu jeda, muzic permormance oleh Keraton Band dan Komunitas Kandang Jurank Doank (milik Dik Doank) dan selanjutnya sesi ke dua dengan pembicara yang sama.
Sesi kedua berakhir, Cak Nun masuk ke latar depan, mengucapkan salam diiringi guyonan yang membuat jamaah Kenduri Cinta gerr gerran.
Topik yang dibahas malam itu tentang meningkatkan proses bukan hasil, proses harus kita lakukan agar kita serius menjalaninya, perihal tentang hasil ada sesuatu yang mengatur, yang Kuasa atas ijinnya yaitu Tuhan.
Kala kita hidup, berdiam diri untuk merenung, mengeluh kepada Tuhan apa yang selama ini dialami oleh kita, keliru dan tidak masuk akal. Kita selalu mengeluh akan keadaaan diri kita, yang merasa dirugikan terutama, hal itu membuat kita selalu terus-menerus pasrah tanpa mau untuk berusaha terlebih dahulu secara maksimal dalam konteks ini; proses. Dalam pandangan saya, proses dari segala sesuatu yang kita lakukan harus benar-benar dimaksimalkan sehingga hidup kita maju dan tak menghamba. Dan ketika proses terjadi dan selesai, Tuhanlah yang menentukan akan hasil yang didapati. Dalam konteks ini menandakan tentang arti pentingnya sebuah usaha yang keras dan konsisten dengan berpedoman kedalam ajaran yang benar sehingga ikhlas menjalaninya dan tidak memperdulikan masalah hasil.
Semisal shalat, seketika kita shalat dalam diri kita yang timbul adalah hal kewajiban, kewajiban itulah yang membuat kita serasa ada maunya, mau shalat karena mendapatkan pahala, sehingga yang dilakukannya ialah murni meminta balas jasa bukan sebuah kebutuhan yang harus dijalankan dan ikhlas kita melakukannya dan hasil yang dicapai tidak terlalu diperdulikan, karena Tuhan tahu mana yang ikhlas akan sesembahan umatnya.
Dalam menjalankan hidup, kita semestinya harus bisa mengelaborasikan diri dengan yang lain, agar tidak terjadi benturan-benturan yang sifatnya menghancurkan dan melemahkan apa yang menjadi tujuannya.
Dalam diskusi dengan Cak Nun ada empat hal yang perlu dikapitalisasi dalam perjalanan hidup ialah kesehatan, pendidikan, keamanan, dan peradaban. Semisal contoh kesehatan, kesehatan disini ibarat Dokter yang memberikan suntikan resep kepada pasiennya. Nah, yang perlu dikapitalisasi ialah bahan untuk menyuntik, obatnya, jarum suntiknya bukan pada Dokternya. Karena bahan obat tersebut ialah didapati dengan cara membeli sehingga perlu adanya nilai ganti, dan si Dokter karena merupakan tugas moral sebagai seorang manusia maka tidak diperlukan balas jasa (waduh, untuk jadi Dokter mahal biayanya om), rasanya sulit hal itu diaplikasikan, namun ditinjau dari segi akhlak hal itu merupakan benar adanya.
Kongkow bersama Cak Nun berakhir disepertiga malam, dengan doa sebagai penutupnya. Selanjutnya ramah tamah atau bersalam-salam bersama beliau dengan para jamaah guna untuk mempererat persaudaraan antar sesama.
Diiringi dengan angin malam yang berhembus dan sepinya gemerlap kota Jakarta, kami rombongan meninggalkan acara dengan bebas dan tak membebani dan terbuai pencerahan berarti dari Cak Nun. Jalan-jalan Jakarta mulai sepi berbarengan dengan gerak jam yang berputar terus tanda waktu semakin dekat dengan fajar. Kami pulang dengan selamat dari Cikini di sepertiga malamnya.
0 comments:
Post a Comment