Setitik cahaya bisa membuahkan hasil, Hasil dimana ketika kegelapan melanda yang didapat ialah penerangan. Penerangan yang akan menuntun kita menjadi lebih berarti, tak percuma menjalani hidup yang seolah-olah akan mencapai tujuan, padahal tidak. Yang dicapai hanya sebuah rutinitas.
Rutinitas merupakan suatu hal yang seharusnya bukan suatu hal yang pokok, contohnya begini, kita menjadi mahasiswa dituntun untuk belajar, itu sebuah rutinitas, tapi sayang, hal pokok belum mengena. Ilmu yang didapat seharusnya dipahami dengan baik, diamalkan, diajarkan dan dihayati, agar keberkahan kita bisa dapatkan. Alangkah lucu, ketika yang diperoleh kebalikannya, seperti halnya belajar tanpa mencari sedetail mungkin apa yang menjadi tujuan kita belajar itu.
Syahdan, kala kita melihat seorang pelajar dengan nilai akademis yang besar tapi tak ada daya intelektualnya. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi, tapi ketika ditanya perihal ilmu yang dipelajarinya tidak bisa menjawab, menjawab tapi ngelantur, berbicara tapi ngawur. Saya takut mengalami hal itu, semoga hal itu tak melanda padaku, dan agar hal itu tidak menjadikannya untuk saya, maka salah satu cara yang saya lakukan ialah benar-benar belajar, tanpa putus asa, tanpa merasa puas apa yang didapat.
Ingin sekali rasanya menjadi kran air, yang terus menerus mengalirkan air tanpa merusak saluran itu sendiri. Tidak bisa berhenti tapi diberhentikan, upaya untuk membuatnya terkendali. Nah, hal itu yang saya maksud. Terus menerus beramal, belajar, berbagi pengalaman, berbagi ilmu untuk orang yang belum mengetahui akan sesuatu dan begitupun sebaliknya, saya butuh akan hal itu, karena yang saya dapatkan belum tentu anda peroleh, dan yang anda peroleh belum tentu saya punya.
Lilin memang menyinari sekitar dengan pancaran cahaya yang menerangi, tapi dia bodoh, bisa mati dengan sendirinya. Meleleh, terus meleleh sampai cahaya itu redup, dan yang tersisa hanya sisa lelehannya dan sumbu yang gosong tak berfungsi lagi. Saya jangan seperti itu tentunya, yang saya inginkan amalan yang terus menerus bermanfaat, untuk menjadi bermanfaat harus menjadi yang benar dulu. Benar dalam arti mempunyai nilai, nilai disini ialah kepintaran itu atau ilmu. Tapi ilmu saja tak cukup tanpa adanya kebenaran di dalamnya, pintar belum tentu benar, benar sudah tentu-meskipun tidak semuanya-pintar dan mendekati kemanfaatan.
Agar semua yang kita lakukan sudah terdapat nilai manfaat, tercapai tujuan atau belum, perlulah kiranya introspeksi, merenung, mengingat kembali apa yang telah kita lakukan. Cek-ricek apa yang akan kita perbuat kedepan sehingga kita tidak tersesat dipersimpangan jalan, dan menyesal dikemudian hari.
0 comments:
Post a Comment