Sunday, July 31, 2011

FORGET

FORGET

Teman

Lupakanlah kelakuan-kelakuan ku pada mu

Kelakuan yang salah, yang pernah ku perbuat

Ku yakin, kata maaf sudah kau ucap

Tapi aku ingin lebih

Lebih dari maaf, yakni melupakan

Dari mu untuk ku


Ku akui, melupakan itu sulit

Melupakan kelakuan-kelakuan ku yang salah pada mu


Kesadaran yang tulus

‘tuk melupakan

Moga melekat dan bersandar

Dan kita bisa tertawa, tersenyum manis kembali


Semuanya didapat dalam momentum

Momen itu datang, tak begitu lama lagi

Di bulan Ramadhan ini


Tuhan, maafkanlah aku

Atas segala kelakuan-kelakuan ku yang cela

Kekeliruan yang ku lakukan

Kepada teman dan pada mu Tuhan


Moga, kelakuan-kelakuan ku yang cela

Engkau kategorikan kekhilafan

Bukan keniatan

Apalagi terencana



Tuhan, engkau tahu ucap tulus ku ini.

Thursday, July 28, 2011

Mati Ketawa Cara Rusia


Yang lucu itu asik, hal yang sifatnya lucu dan humoris dapat membuat kita lepas sementara dari penat yang melanda. Humor dikatakan menarik jika lucu, yang membuat kita bisa tertawa, asik dan seolah ada yang menggelitik.

Menggelitik, tindakan yang geli. Gelitik disini bukan sama dengan digelitikin. Digelitikin, contohnya ketika pinggul kita digelitik oleh seseorang dan membuat kita geli, bahkan marah. Nah, gelitik di sini bukan maksud untuk itu, gelitik di sini terjadi akibat mengalami, mencari dan menerima humor yang lucu sehingga membuat humor itu menggelitik kita tapi tidak tersentuh secara fisik tapi batin, rasa, jiwa, yang menerimanya, serta tidak membuat kita marah, yang ada hanya tertawa dan terpingkal.

Humor yang menggelitik bukan hanya dalam ruang lingkup daily activity saja. Politik, ekonomi, kehidupan di luar, bisa juga kita temukan unsur humorisnya. Humor yang masuk dalam ranah luar-politik, ekonomi. etc- menjadikannya bertambah luas dan kaya makna.

Buku Mati Ketawa Cara Rusia, merupakan penjelasan yang humoris dari penulisnya tentang keadaan kehidupan di Rusia-dulu Uni Soviet sebelum pecah. Rusia dulu, ialah negara Komunis. Setelah peristiwa Bolshevik, Lenin dan penganut paham Komunisme lainnya membuat rakyat Rusia bahagia dan di satu sisi terkungkung dalam ke otoriteran sang penguasa. Nah, buku ini menjelaskan kehidupan masyarakat Rusia yang terkungkung itu namun dikemas secara jenaka.

Dalam penjelasannya, penulis membuat buku ini bertujuan untuk memberitahukan kepada khalayak luar bagaimana keadaan yang sebenarnya terjadi dalam era Komunisme itu, namun dibuat dengan unsur humoris dan tidak kaku.

Unsur humor yang diangkat merambah khazanah yang lebih luas, keadaan politik, ekonomi serta berbagai kejadian-kejadian di saat Komunisme masih berdiri kokoh di Rusia.

Dalam bukunya, humor yang diangkat tidak serta merta melibatkan Rusia saja, perihal yang bersinggungan dengannya pun dituangkan dalam buku ini. Penjelasan tentang hubungan ke dunia luar baik dengan negara sekutu atau negara sahabat Rusia dijelaskan dalam buku ini dengan unsur jenaka di dalamnya.

Buku ini lebih bersifat humoris-kritis tentang keadaan Rusia sejak era Komunisme yang didirikan oleh Lenin sampai dengan runtuhnya Uni Soviet-Rusia lama-dengan penjelasan yang runtut meskipun di satu sisi ada kekurangannya. Karena buku ini adalah terjemahan dari Rusia kealpaan bisa saja terjadi, hal itu dapat kita temukan dalam isi buku.

Memang tidak seluruh lelucon yang ada dalam buku ini baik, tetapi jumlah yang benar-benar baik sudah lebih dari cukup untuk menikmatinya sebagai kumpulan lelucon, ujar Abdurrahman wahid dalam pengantar buku ini.

Bagi khalayak yang ingin membaca buku ini, dianjurkan untuk bisa mengenali terlebih dahulu sejarah Rusia dari sebelum dan sesudahnya Komunisme tumbuh di negara tersebut agar tidak bingung dalam membaca yang terkait tentang negara Rusia.

Semoga tulisan ini dapat merayu anda untuk membaca buku Mati Ketawa Cara Rusia, dan dapat membuat anda terpingkal-pingkal atas humor di dalamnya, selamat membaca.

Salam damai dari kalbu....

Nb : sedikit nukilan dari isi buku Mati Ketawa Cara Rusia:

Tentang Politik dan Politisi

  • Apakah perbedaan antara nasib buruk dan bencana?
  • Besar bedanya. Misalkan seekor kambing meniti jembatan, terpeleset, lalu jatuh ke sungai; itu nasib buruk. Tetapi, jika sebuah pesawat terbang yang membawa semua pemimpin Soviet jatuh, dan penumpangnya habis mati: itu bencana.

Sumber : Mati ketawa cara Rusia, yang disunting oleh Z. Dolgopolova. Pengantar Abdurrahman Wahid

Tuesday, July 26, 2011

Lalu Pergi

aku kecewa,sedih tanpa kata-kata
aku harus bagaimana?
melamun, merenung, ataukah meraih


setengah senja hadir
kudapati awan merah menyindir
mencemooh aku yang tak berbuat aoa
hanya bersandar pada angin
datang dan pergi tak sempat mampir


kultus Tuhan seraya masuk
merasuk hati dengan sinarnya
hitam di hati dikasak-kusuk
meraup, mencabik nestapa diriku yang punya


teguh dan tegar dihadapi
moga Tuhan memberkati

Sunday, July 24, 2011

AKHIR DARI SEBUAH PENDIDIKAN BUKAN PEMBELAJARAN


Rok kebaya menggelantung sedikit menyentuh tanah, sekelompok wanita memakainya, diiringi jas gaya eksekutif muda terpakai oleh seorang pria, tanda yudisium dimulai.

Yudisium suatu proses akademik yang menyangkut penetapan nilai dan kelulusan mahasiswa dari seluruh proses akademik. Bagi setiap Universitas kegiatan seperti ini terbilang rutin, dengan mengumpulkan mahasiswa yang telah lulus uji skripsi, dikumpulkan, mengadakan pertemuan yang di dalamnya terdapat pembacaan nilai akhir prestasi mahasiswa, profil dan seonggok informasi mahasiswa tersebut. Penyebutan nilai dalam yudisium terkadang sangat prestige, berharga bagi mahasiswa yang nilainya memuaskan, diumumkan keseluruh forum menandakan prestasi yang diraih, namun buntung untuk yang meraih nilai tidak memuaskan, raut wajahnya pun bermacam-macam, kecut muka tampak ada.

Adat dalam yudisium berbeda-beda di setiap Universitas atau antar Fakultas, acara seperti ini secara formal sama, namun dalam segi seremonialnya berbeda-beda. Ada yang lepas yudisium foto-foto, berjalan dari Fakultas ke Fakultas yang lain dan semacamnya.

Wisuda dan Yudisium memiliki arti yang berbeda, biasanya Yudisium terletak di ranah Fakultas, sedangkan wisuda merupakan proses akhir dalam perguruan tinggi yang melibatkan seluruh mahasiswa yang dikatakan sudah lulus ujian skripsi.

Wisuda merupakan jenjang akhir akademisi mahasiswa, awalnya mahasiswa baru, dengan menjalankan seluruh mata kuliah yang diambil, menjalani ujian komprehensif dan terakhir uji skripsi. Wisuda bukan akhir dari suatu proses pembelajaran, ada yang bilang itu adalah awal mula dari perang yang sebenarnya. Proses pengukuhan dalam wisuda yang diiringi baju Toga dengan topi bersegi yang terdapat tali sebagai tanda Rektor mengalihkan tali dari posisi awal ke arah yang sesuai.

Setelahnya ialah penyandangan gelar dibelakang nama sesuai dengan bidang yang digeluti, gelar merupakan tanda kehormatan atas apa yang dipunyai oleh orang tersebut dan bisa dikatakan memahami dan ahli dalam bidang yang digelutinya. Ketika seseorang dengan menyandang sebuah gelar di belakang namanya dan seketika kita tanya terkait masalah bidang yang diambil kemudian dia tidak bisa menjawab berarti bisa dikatakan gelarnya patut ditanyakan.

Gelar bukan hanya seonggok hiasan nama, namun merupakan tanggungjawab akademis yang harus dibuktikan dalam kehidupan perjalanan si orang tersebut. Karena, penyandang gelar akademis diraih dari suatu proses pembelajaran yang berkelanjutan mengikuti jenjang yang diatur dari semester awal sampai akhir. Syahdan, mahasiswa yang mendapatkan gelar tersebut menandakan menguasai bidangnya.

Dalam ranah kampus, mahasiswa pasti dicekokin dengan namanya Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi; pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan disini sudah dialami pada proses pembelajaran di kelas, penelitian teriring dalam perjalanannya dan pengabdian kepada masyarakat merupakan ranah yang wajib bagi kampus untuk mengabdikan kepada masyaraat luas, hal itu bisa tercermin dalam bentuk KKS (Kuliah Kerja Sosial) atau dalam bentuk apapun yang sifatnya mengabdi.

Tri Dharma Perguruan Tinggi itu bukan hanya berada dalam kisaran ketika seseorang hanya menjadi mahasiswa saja, tetapi baiknya hal tersebut dapat dilakukan terus-menerus setelah mahasiswa itu dinyatakan lulus, karena Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan filosofi dari bentuk pendidikan di negeri kita, dan patutlah dikatakan seperti itu karena mahasiswa merupakan perangkat intelektual negeri ini sebagai pengganti pemimpin-pemimpin kita dimasa depan.

Semoga wisuda yang terus menerus diadakan bukan hanya seremonial belaka yang hanya memakai baju toga sehari lalu foto-foto dan ekspektasi kegembiraan berkelebihan, namun wisuda merupakan babak baru (New Divide) dari seseorang untuk mengarungi hidup lebih baik dengan segala hal didalamnya.

Teman-teman yang sudah mendahuluiku semoga kalian menjadi orang yang berkah bagi semuanya.

Salam damai dari kalbu...

Saturday, July 23, 2011

Cikini : Di Sepertiga Malamnya


Hampir sepertiga hari saya melaluinya dengan penyuguhan diskusi di acara Kenduri Cinta. Bersama teman sehobi menyimak kajian diskusi tentang problematika hidup, all of context. Yang jelas perihal knowledge.

Dimulai dengan diskusi awal oleh Ir. Pritono dari birokrat pemerintah bersama Pa Taufiq salah satu pengusaha pada sesi pertama. Masuk waktu jeda, muzic permormance oleh Keraton Band dan Komunitas Kandang Jurank Doank (milik Dik Doank) dan selanjutnya sesi ke dua dengan pembicara yang sama.

Sesi kedua berakhir, Cak Nun masuk ke latar depan, mengucapkan salam diiringi guyonan yang membuat jamaah Kenduri Cinta gerr gerran.

Topik yang dibahas malam itu tentang meningkatkan proses bukan hasil, proses harus kita lakukan agar kita serius menjalaninya, perihal tentang hasil ada sesuatu yang mengatur, yang Kuasa atas ijinnya yaitu Tuhan.

Kala kita hidup, berdiam diri untuk merenung, mengeluh kepada Tuhan apa yang selama ini dialami oleh kita, keliru dan tidak masuk akal. Kita selalu mengeluh akan keadaaan diri kita, yang merasa dirugikan terutama, hal itu membuat kita selalu terus-menerus pasrah tanpa mau untuk berusaha terlebih dahulu secara maksimal dalam konteks ini; proses. Dalam pandangan saya, proses dari segala sesuatu yang kita lakukan harus benar-benar dimaksimalkan sehingga hidup kita maju dan tak menghamba. Dan ketika proses terjadi dan selesai, Tuhanlah yang menentukan akan hasil yang didapati. Dalam konteks ini menandakan tentang arti pentingnya sebuah usaha yang keras dan konsisten dengan berpedoman kedalam ajaran yang benar sehingga ikhlas menjalaninya dan tidak memperdulikan masalah hasil.

Semisal shalat, seketika kita shalat dalam diri kita yang timbul adalah hal kewajiban, kewajiban itulah yang membuat kita serasa ada maunya, mau shalat karena mendapatkan pahala, sehingga yang dilakukannya ialah murni meminta balas jasa bukan sebuah kebutuhan yang harus dijalankan dan ikhlas kita melakukannya dan hasil yang dicapai tidak terlalu diperdulikan, karena Tuhan tahu mana yang ikhlas akan sesembahan umatnya.

Dalam menjalankan hidup, kita semestinya harus bisa mengelaborasikan diri dengan yang lain, agar tidak terjadi benturan-benturan yang sifatnya menghancurkan dan melemahkan apa yang menjadi tujuannya.

Dalam diskusi dengan Cak Nun ada empat hal yang perlu dikapitalisasi dalam perjalanan hidup ialah kesehatan, pendidikan, keamanan, dan peradaban. Semisal contoh kesehatan, kesehatan disini ibarat Dokter yang memberikan suntikan resep kepada pasiennya. Nah, yang perlu dikapitalisasi ialah bahan untuk menyuntik, obatnya, jarum suntiknya bukan pada Dokternya. Karena bahan obat tersebut ialah didapati dengan cara membeli sehingga perlu adanya nilai ganti, dan si Dokter karena merupakan tugas moral sebagai seorang manusia maka tidak diperlukan balas jasa (waduh, untuk jadi Dokter mahal biayanya om), rasanya sulit hal itu diaplikasikan, namun ditinjau dari segi akhlak hal itu merupakan benar adanya.

Kongkow bersama Cak Nun berakhir disepertiga malam, dengan doa sebagai penutupnya. Selanjutnya ramah tamah atau bersalam-salam bersama beliau dengan para jamaah guna untuk mempererat persaudaraan antar sesama.

Diiringi dengan angin malam yang berhembus dan sepinya gemerlap kota Jakarta, kami rombongan meninggalkan acara dengan bebas dan tak membebani dan terbuai pencerahan berarti dari Cak Nun. Jalan-jalan Jakarta mulai sepi berbarengan dengan gerak jam yang berputar terus tanda waktu semakin dekat dengan fajar. Kami pulang dengan selamat dari Cikini di sepertiga malamnya.

Tuesday, July 19, 2011

Merenung



Setitik cahaya bisa membuahkan hasil, Hasil dimana ketika kegelapan melanda yang didapat ialah penerangan. Penerangan yang akan menuntun kita menjadi lebih berarti, tak percuma menjalani hidup yang seolah-olah akan mencapai tujuan, padahal tidak. Yang dicapai hanya sebuah rutinitas.

Rutinitas merupakan suatu hal yang seharusnya bukan suatu hal yang pokok, contohnya begini, kita menjadi mahasiswa dituntun untuk belajar, itu sebuah rutinitas, tapi sayang, hal pokok belum mengena. Ilmu yang didapat seharusnya dipahami dengan baik, diamalkan, diajarkan dan dihayati, agar keberkahan kita bisa dapatkan. Alangkah lucu, ketika yang diperoleh kebalikannya, seperti halnya belajar tanpa mencari sedetail mungkin apa yang menjadi tujuan kita belajar itu.

Syahdan, kala kita melihat seorang pelajar dengan nilai akademis yang besar tapi tak ada daya intelektualnya. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi, tapi ketika ditanya perihal ilmu yang dipelajarinya tidak bisa menjawab, menjawab tapi ngelantur, berbicara tapi ngawur. Saya takut mengalami hal itu, semoga hal itu tak melanda padaku, dan agar hal itu tidak menjadikannya untuk saya, maka salah satu cara yang saya lakukan ialah benar-benar belajar, tanpa putus asa, tanpa merasa puas apa yang didapat.

Ingin sekali rasanya menjadi kran air, yang terus menerus mengalirkan air tanpa merusak saluran itu sendiri. Tidak bisa berhenti tapi diberhentikan, upaya untuk membuatnya terkendali. Nah, hal itu yang saya maksud. Terus menerus beramal, belajar, berbagi pengalaman, berbagi ilmu untuk orang yang belum mengetahui akan sesuatu dan begitupun sebaliknya, saya butuh akan hal itu, karena yang saya dapatkan belum tentu anda peroleh, dan yang anda peroleh belum tentu saya punya.

Lilin memang menyinari sekitar dengan pancaran cahaya yang menerangi, tapi dia bodoh, bisa mati dengan sendirinya. Meleleh, terus meleleh sampai cahaya itu redup, dan yang tersisa hanya sisa lelehannya dan sumbu yang gosong tak berfungsi lagi. Saya jangan seperti itu tentunya, yang saya inginkan amalan yang terus menerus bermanfaat, untuk menjadi bermanfaat harus menjadi yang benar dulu. Benar dalam arti mempunyai nilai, nilai disini ialah kepintaran itu atau ilmu. Tapi ilmu saja tak cukup tanpa adanya kebenaran di dalamnya, pintar belum tentu benar, benar sudah tentu-meskipun tidak semuanya-pintar dan mendekati kemanfaatan.

Agar semua yang kita lakukan sudah terdapat nilai manfaat, tercapai tujuan atau belum, perlulah kiranya introspeksi, merenung, mengingat kembali apa yang telah kita lakukan. Cek-ricek apa yang akan kita perbuat kedepan sehingga kita tidak tersesat dipersimpangan jalan, dan menyesal dikemudian hari.

Sunday, July 17, 2011

Yang Setengah


Berselimut kain di kepala

Kau depanku bertudung hitam

Di hitam matamu menatapku

Melatih putih pancaranmu


‘Ku ingin kau antar ke rumah

Yang kudapat kata menegah

Tulus hatiku tampak kalah

Oleh kalis bibirmu yang berjaya


Asap bekas membumbung, berkelana dalam jalan

Aku salah, lupa, kenapa tak memaksakan

Penutup kepala untuk mu!

Sebagai tudung wajah cerahmu

Agar tak ternoda

Tak ada noktah asap


Kita berpisah

Kau berkendara, aku mengendarai

Yang berkendara, mobil tua kuning

Duduk manis segera pulang

Aku pamit

Kau pergi dengan selamat