Satu jam setelah adzan ashar berkumandang, tiba saatnya kaki ini beranjak ke Perpustakaan Utama (Perpus) UIN Syahid Jakarta, hendak mencari buku-buku yang dicatat dalam HP saya, catatan buku-buku yang harus saya cari entah itu dengan cara meminjam-di Perpustakaan, teman atau dengan membelinya.
Buku yang akan saya cari di Perpus diantaranya: Franz Magnis Suseno; Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Dan bukunya H.O.S Tjokroaminoto; Islam dan Sosialisme.
Enam komputer pencari katalog buku di Perpus hidup, tiga sedang dipakai, saya pakai sisanya. Ketika buku di atas dicari, yang ada hanya buku H.O.S Tjokroaminoto; Islam dan Sosialisme. Sedangkan buku Franz setelah saya cari tak ada bentuknya. Jujur, saya mencari buku Prof. Franz sudah dari dulu di Perpus ini, tapi buku itu tak pernah ada, meskipun dalam katalog yang disediakan komputer tertulis “Tersedia” (artinya ada), bukan “Tanggal Kembali” (sedang dipinjamkan). Saya heran, apakah katalog tersebut hanya sebagai formalitaskah atau memang buku itu terselip di rak buku yang lain? Saya rasa tak mungkin, selintas saya berpikir, sepertinya pihak Perpus mencoba untuk menahan buku tersebut agar tidak dipinjamkan oleh mahasiswa, karena buku tersebut agak “kekiri-kirian”. Ini soal pencarian ilmu pengetahuan bukan masalah ideologisnya Pa, tolong dibedakan. Mahasiswa sudah dewasa dan bisa memilih mana yang baik dan keliru !!!
Banyak bukti yang merujuk ke arah situ, masih ingatkah teman-teman ketika ada salah satu lembaga kemahasiswaan yang ingin mengadakan seminar mengenang Pramoedya Ananta Toer tetapi tidak diizinkan oleh pihak kampus? Dan tahukah alasan dari pihak Rektorat? “Dik, sudahlah jangan adakan acara itu, apa tidak ada tokoh yang lain, banyak tokoh-tokoh Islam yang layak untuk diseminarkan tentang pemikiran-pemikirannya”, kira-kira begitulah perkataan pihak rektorat.
Oke, kita kembali ke Laptop. Putus asa menghinggap di kepalaku, sejurus kemudian pikiran ini langsung mencari buku-buku yang lain. Inisiatif saya tertuju ke buku karangan Putu Setia; Cari Angin. Tak pelak lagi langsung saya ketik, dan ternyata ada. Sejurus kemudian saya langsung ambil di rak paling ujung dekat American Corner (maaf kodenya lupa) dan membaca kata pengantarnya yang ditulis oleh beliau.
Cari Angin itu judul bukunya, kumpulan tulisan di koran Tempo setiap minggu antara tahun 2004-2008. Cari Angin semacem Tajuk Rencana di koran Kompas, bedanya tulisan di Tajuk agak “Ilmiah” sedangkan di Cari Angin menonjolkan tulisan yang-boleh dikatakan-nyeleneh, persis seorang Budayawan.
Buku ini belum pernah saya baca, hanya sinopsis. Kutemukan di Internet perihal isi-isinya. Tapi kalau rubrik Cari Angin yang hadir di koran Tempo tiap minggu saya baru baca kisaran di tahun 2011, karena saya baru tahu tulisan dari Putu Setia ini sungguh asyik, nyeleneh, dan terkadang mengkritik dengan bahasa sindiran yang halus, mungkin orang awam tak tahu sindiran itu tertuju kemana, tapi bagi orang yang disindir tentu sakit, sakit karena ketahuan dan diungkit boroknya.
Putu setia bagi saya bisa meramu tulisannya dengan gayanya sendiri, sosok seorang budayawan Hindu (Bali) yang mampir menjadi wartawan Tempo, umumnya langka, tapi bagi institusi Tempo hal itu sudah biasa, hampir bisa dikatakan di Tempo sendiri banyak Budayawan-budayawan dan seniman. Saya kira itu asyik, budayawan kadang ketika menulis bukan melihat dari satu sisi saja, tapi banyak sisi yang dimainkan.
Dalam kumpulan Cari Angin di tahun 2011, Putu Setia tak jarang menghadirkan orang ketiga atau lawan diskusi dalam tulisannya, beliau menulis bukan hanya pendapat pribadi saja yangg ditonjolkan namun lawan bicara (yang ada dalam tulisannya) ikut juga bermain, agar opini tersebut seolah-olah bukan menggurui tapi menampakkan pembicaraan sehari-hari masyarakat yang diwakilkan oleh tulisan Putu Setia. Ada Romo Imam, orang ketiga atau lawan bicaranya dalam tulisan Putu Setia beberapa belakangan ini.
Saya berpikir apakah dalam tulisannya Putu Setia yang menghadirkan Romo Imam sebagai lawan bicaranya memang benar-benar ada orangnya? Atau hanya Imajinasi dari beliau saja? Sampai saat ini saya belum tahu jawabannya. Tolong beritahu saya yah kalau sudah temukan jawabannya...hehehe
Salam Damai....
0 comments:
Post a Comment