Sekedar membuat tulisan, tulisan keingintahuan tentang sosok bidadari. Berangkat dari masa kecil, sering mendengar sebutan kata “Bidadari”. Kita mengibaratkan bidadari seorang cantik, anggun dan sempurna perangainya. Sosok wanita yang tak pernah tampak dalam kehidupan nyata (dunia).
Konon bidadari tidak pernah menginjak di bumi, bidadari seolah hidup di tempat jauh dan tak terkejar oleh kita. Putri cantik dari negeri kayangan. Negeri yang tak tahu ada dimana, konon negeri ini tempat berkumpulnya para dewa-dewi atau bahasa yang kita kenal negeri surgaloka atau surga.
Saya coba memahami lebih detail tentang bidadari itu, apakah itu ada dikehidupan nyata, atau hanya sekedar julukan (sebutan) untuk sesosok wanita yang sempurna? Pandangan saya, bidadari itu ada, tapi hanya sebuah kiasan-julukan- untuk rupa bentuknya ditonjolkan oleh pendapat yang mengatakan sosok itu cantik yang berwujud wanita. Ya, julukan untuk wanita cantik dan sempurna. Karena masyarakat umum sulit memahami dan mencari padanan kata yang tetap untuk sosok wanita seperti itu, kata bidadari pun muncul.
Berangkat daari sosok wanita itu, wajar orang menilai dan mengatakan bidadari turun dari kayangan atau surga. Pertanyaannya ialah, mengapa orang banyak mengatakan seperti itu? Pemahaman saya karena bidadari itu sosok yang cantik dan sempurna perangainya maka disurgalah tempatnya. Surga merupakan tempat yang indah, dimana kesempurnaan itu ada, beda dengan dunia yang setengah-setengah. Setengah indah dan tidak. Tapi rasa syukur ini kupanjatkan kepada Yang Maha Kuasa karena telah menciptakannya.
Kaitannya bidadari dengan dunia nyata, ketika banyak pria bertemu dengan wanita cantik yang belum ditemui sebelumnya kadang langsung mengkultuskan lontaran kata bidadari untuk wanita itu, karena pria tersebut sulit untuk mencari padanan kata yang pas, maka tercetuslah kata bidadari itu. Suatu julukan yang berawal dari subjektif pria itu alias pendapat pribadi yang umum di masyarakat.
Kadang saking ingin bertemu dengan bidadari-bidadari di surga-seseorang menggunakan cara yang salah untuk meraihnya. Salah satunya menjadi teroris, melakukan aksi bom bunuh diri dengan doktrin jihadnya (agama tertentu)-padahal pemahamannya bukan itu-melakukan hal tersebut untuk agamanya guna bertemu dengan bidadari di surga nanti padahal tindakannya salah. “Mana mungkin bidadari mau bertemu dengannya, wong kepalanya saja ketinggalan di dunia,” ujar Gus Dur.
Kesimpulannya ialah, bidadari itu sebuah julukan saja untuk sesosok wanita yang cantik dan sempurna, tentang bidadari itu ada atau tidak disurga nanti saya kembalikan kepada keyakinan anda masing-masing.
Sebenarnya keinginan untuk bertemu dengan bidadari di dunia ini dialami oleh saya, agar tak sendiri dan kesepian. Seperti lirik lagu Slank: “....Kemana bidadariku pergi, yang bisa menyelamatkanku, seharusnya dia dari tadi, sudah berada disini...”. kemana bidadari penyelamatku itu?
0 comments:
Post a Comment