Friday, April 22, 2011

Bidadari Penyelamat



Sekedar membuat tulisan, tulisan keingintahuan tentang sosok bidadari. Berangkat dari masa kecil, sering mendengar sebutan kata “Bidadari”. Kita mengibaratkan bidadari seorang cantik, anggun dan sempurna perangainya. Sosok wanita yang tak pernah tampak dalam kehidupan nyata (dunia).

Konon bidadari tidak pernah menginjak di bumi, bidadari seolah hidup di tempat jauh dan tak terkejar oleh kita. Putri cantik dari negeri kayangan. Negeri yang tak tahu ada dimana, konon negeri ini tempat berkumpulnya para dewa-dewi atau bahasa yang kita kenal negeri surgaloka atau surga.

Saya coba memahami lebih detail tentang bidadari itu, apakah itu ada dikehidupan nyata, atau hanya sekedar julukan (sebutan) untuk sesosok wanita yang sempurna? Pandangan saya, bidadari itu ada, tapi hanya sebuah kiasan-julukan- untuk rupa bentuknya ditonjolkan oleh pendapat yang mengatakan sosok itu cantik yang berwujud wanita. Ya, julukan untuk wanita cantik dan sempurna. Karena masyarakat umum sulit memahami dan mencari padanan kata yang tetap untuk sosok wanita seperti itu, kata bidadari pun muncul.

Berangkat daari sosok wanita itu, wajar orang menilai dan mengatakan bidadari turun dari kayangan atau surga. Pertanyaannya ialah, mengapa orang banyak mengatakan seperti itu? Pemahaman saya karena bidadari itu sosok yang cantik dan sempurna perangainya maka disurgalah tempatnya. Surga merupakan tempat yang indah, dimana kesempurnaan itu ada, beda dengan dunia yang setengah-setengah. Setengah indah dan tidak. Tapi rasa syukur ini kupanjatkan kepada Yang Maha Kuasa karena telah menciptakannya.

Kaitannya bidadari dengan dunia nyata, ketika banyak pria bertemu dengan wanita cantik yang belum ditemui sebelumnya kadang langsung mengkultuskan lontaran kata bidadari untuk wanita itu, karena pria tersebut sulit untuk mencari padanan kata yang pas, maka tercetuslah kata bidadari itu. Suatu julukan yang berawal dari subjektif pria itu alias pendapat pribadi yang umum di masyarakat.

Kadang saking ingin bertemu dengan bidadari-bidadari di surga-seseorang menggunakan cara yang salah untuk meraihnya. Salah satunya menjadi teroris, melakukan aksi bom bunuh diri dengan doktrin jihadnya (agama tertentu)-padahal pemahamannya bukan itu-melakukan hal tersebut untuk agamanya guna bertemu dengan bidadari di surga nanti padahal tindakannya salah. “Mana mungkin bidadari mau bertemu dengannya, wong kepalanya saja ketinggalan di dunia,” ujar Gus Dur.

Kesimpulannya ialah, bidadari itu sebuah julukan saja untuk sesosok wanita yang cantik dan sempurna, tentang bidadari itu ada atau tidak disurga nanti saya kembalikan kepada keyakinan anda masing-masing.

Sebenarnya keinginan untuk bertemu dengan bidadari di dunia ini dialami oleh saya, agar tak sendiri dan kesepian. Seperti lirik lagu Slank: “....Kemana bidadariku pergi, yang bisa menyelamatkanku, seharusnya dia dari tadi, sudah berada disini...”. kemana bidadari penyelamatku itu?

INSPIRING WOMAN


Pencerahan dan pengorbanan seorang wanita di dunia ini sangat penting, dan dilakukan karena kesanggupan tanpa batas dari seorang wanita dalam memberikan bukti kepada masyarakat luas bahwasannya peran wanita dalam membangun dunia untuk menjadi lebih baik itu sangat memberi arti. Dimana orang banyak menilai kemampuan dari seorang wanita adalah sangat lemah, adanya perbedaan tentang masalah jenis kelamin dengan laki-laki itu adalah suatu tindakan yang tidak terpuji. Orang yang melakukan hal seperti itu dapat dibantahkan dengan semakin banyaknya tokoh-tokoh wanita sebagai pemimpin sebuah Negara.

Contohnya Kanselir Jerman Angela Markel, Presiden Philipina, Mantan presiden Megawati dan yang tak terluipakan Sang Ratu Cleopatra. Dengan adanya contoh pemimpin perempuan diatas menandakan seorang wanita juga bisa menjadi pemimpin. Saya yakin bahwa karena pada pokoknya pria dan wanita adalah manunggal bukan tunggal, dan masalah mereka pun manunggal pula. Keduanya mempunyai jiwa yang sama. Masing-masing menjalani “kehidupan yang sama, dan mempunyai perasaan yang serupa. Yang satu merupakan pelengkap bagi yang lain. Masing-masing tidak akan bisa hidup tanpa bantuan aktif dari pasangannya. Karena kalau kita lihat lebih jauh bahwasannya wanita itu pertama kali tercipta lewat tulang rusuk Nabi Adam yang keduanya menjadi pasangan pertama di bumi ini.

Namun bagaimanapun juga sampai saat ini masih banyak orang senantiasa “merajai” kaum wanita, namun orang yang berpenglihatan tajam menyadari bahwa kaum wanita sebenarnya sederajat. Wanita bukanlah makhluk yang lemah, memberi sebutan makhluk yang lemah kepada kaum wanita adalah fitnah. Tindakan yang tidak adil terhadap kaum wanita. Kaum wanita adalah penjaga khusus segala urusan kesucian dan keagamaan dalam kehidupan kita. Wanita adalah mitra pria yang telah dianugerahi kemampuan mental yang sederajat. Wanita berhak berperan serta sampai pada hal-hal kecil dalam segala kegiatan kaum pria, dan sama-sama berhak atas kebebasan dan kemerdekaan. Wanita berhak atas kedudukan tertinggi dalam bidang kegiatan wanita, seperti juga seorang pria berhak atas kedudukan tertinggi dalam bidang kegiatan pria.

Dalam pada itu saya sungguh yakin bahwa kaum pria dan wanita akan membina keberanian dalam hati mereka untuk menghadapi maut dengan gagah serta dengan sikap pantang kekerasan. Dan mereka akan sanggup tertawa. Dalam hal ini kaum wanita mampu menjadi pemimpin, karena merekalah yang merupakan penjelmaan kekuatan penderitaan sendiri. Semoga saja wanita Indonesia seperti itu. Selamat Hari Kartini.

Tuesday, April 19, 2011

Mencari Buku


Satu jam setelah adzan ashar berkumandang, tiba saatnya kaki ini beranjak ke Perpustakaan Utama (Perpus) UIN Syahid Jakarta, hendak mencari buku-buku yang dicatat dalam HP saya, catatan buku-buku yang harus saya cari entah itu dengan cara meminjam-di Perpustakaan, teman atau dengan membelinya.

Buku yang akan saya cari di Perpus diantaranya: Franz Magnis Suseno; Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Dan bukunya H.O.S Tjokroaminoto; Islam dan Sosialisme.

Enam komputer pencari katalog buku di Perpus hidup, tiga sedang dipakai, saya pakai sisanya. Ketika buku di atas dicari, yang ada hanya buku H.O.S Tjokroaminoto; Islam dan Sosialisme. Sedangkan buku Franz setelah saya cari tak ada bentuknya. Jujur, saya mencari buku Prof. Franz sudah dari dulu di Perpus ini, tapi buku itu tak pernah ada, meskipun dalam katalog yang disediakan komputer tertulis “Tersedia” (artinya ada), bukan “Tanggal Kembali” (sedang dipinjamkan). Saya heran, apakah katalog tersebut hanya sebagai formalitaskah atau memang buku itu terselip di rak buku yang lain? Saya rasa tak mungkin, selintas saya berpikir, sepertinya pihak Perpus mencoba untuk menahan buku tersebut agar tidak dipinjamkan oleh mahasiswa, karena buku tersebut agak “kekiri-kirian”. Ini soal pencarian ilmu pengetahuan bukan masalah ideologisnya Pa, tolong dibedakan. Mahasiswa sudah dewasa dan bisa memilih mana yang baik dan keliru !!!

Banyak bukti yang merujuk ke arah situ, masih ingatkah teman-teman ketika ada salah satu lembaga kemahasiswaan yang ingin mengadakan seminar mengenang Pramoedya Ananta Toer tetapi tidak diizinkan oleh pihak kampus? Dan tahukah alasan dari pihak Rektorat? “Dik, sudahlah jangan adakan acara itu, apa tidak ada tokoh yang lain, banyak tokoh-tokoh Islam yang layak untuk diseminarkan tentang pemikiran-pemikirannya”, kira-kira begitulah perkataan pihak rektorat.

Oke, kita kembali ke Laptop. Putus asa menghinggap di kepalaku, sejurus kemudian pikiran ini langsung mencari buku-buku yang lain. Inisiatif saya tertuju ke buku karangan Putu Setia; Cari Angin. Tak pelak lagi langsung saya ketik, dan ternyata ada. Sejurus kemudian saya langsung ambil di rak paling ujung dekat American Corner (maaf kodenya lupa) dan membaca kata pengantarnya yang ditulis oleh beliau.

Cari Angin itu judul bukunya, kumpulan tulisan di koran Tempo setiap minggu antara tahun 2004-2008. Cari Angin semacem Tajuk Rencana di koran Kompas, bedanya tulisan di Tajuk agak “Ilmiah” sedangkan di Cari Angin menonjolkan tulisan yang-boleh dikatakan-nyeleneh, persis seorang Budayawan.

Buku ini belum pernah saya baca, hanya sinopsis. Kutemukan di Internet perihal isi-isinya. Tapi kalau rubrik Cari Angin yang hadir di koran Tempo tiap minggu saya baru baca kisaran di tahun 2011, karena saya baru tahu tulisan dari Putu Setia ini sungguh asyik, nyeleneh, dan terkadang mengkritik dengan bahasa sindiran yang halus, mungkin orang awam tak tahu sindiran itu tertuju kemana, tapi bagi orang yang disindir tentu sakit, sakit karena ketahuan dan diungkit boroknya.

Putu setia bagi saya bisa meramu tulisannya dengan gayanya sendiri, sosok seorang budayawan Hindu (Bali) yang mampir menjadi wartawan Tempo, umumnya langka, tapi bagi institusi Tempo hal itu sudah biasa, hampir bisa dikatakan di Tempo sendiri banyak Budayawan-budayawan dan seniman. Saya kira itu asyik, budayawan kadang ketika menulis bukan melihat dari satu sisi saja, tapi banyak sisi yang dimainkan.

Dalam kumpulan Cari Angin di tahun 2011, Putu Setia tak jarang menghadirkan orang ketiga atau lawan diskusi dalam tulisannya, beliau menulis bukan hanya pendapat pribadi saja yangg ditonjolkan namun lawan bicara (yang ada dalam tulisannya) ikut juga bermain, agar opini tersebut seolah-olah bukan menggurui tapi menampakkan pembicaraan sehari-hari masyarakat yang diwakilkan oleh tulisan Putu Setia. Ada Romo Imam, orang ketiga atau lawan bicaranya dalam tulisan Putu Setia beberapa belakangan ini.

Saya berpikir apakah dalam tulisannya Putu Setia yang menghadirkan Romo Imam sebagai lawan bicaranya memang benar-benar ada orangnya? Atau hanya Imajinasi dari beliau saja? Sampai saat ini saya belum tahu jawabannya. Tolong beritahu saya yah kalau sudah temukan jawabannya...hehehe

Salam Damai....

Tuesday, April 12, 2011

Kesendirian



Bermula pada sebuah tulisan ini. Semoga pikiran-pikiran saya yang terpendam bisa dituangkan dalam sebuah tulisan, entah hal itu berupa kejadian sehari-hari atau aplikasi teori dalam otak yang berupa imaginasi-imaginasi yang terlalu rendah kalau hanya didiamkan . “The imagination is very important than knowledge”, Einstein berujar.

Ketika tak banyak waktu, saya hampir saja frustasi, saya takut apa-apa yang ada di pikiran saya tidak bisa dituangkan dalam sebuah tulisan. Betapapun sibuknya, ingin sekali rasanya dalam waktu 24 jam sehari menyisihkan barang satu atau dua jam untuk menulis. Tapi terkadang itu terasa sulit.

Mungkin disaat-saat dalam kesendirian hal itu bisa terwujudkan, kesendirian membawaku banyak memikirkan sesuatu hal yang positif yaitu merenung. Merenung dalam arti fokus terhadap segala sesuatu, berfikir (thingking), bukan merenung melamun meratapi nasib.

Terkadang dalam kesendirianku ini sempat dalam benak berpikir, kok saya kayak begini? Ngapain duduk termenung? Rebahan di kamar mata melihat ke atas, apakah saya punya teman?

Sempat berpikir, mau jadi apakah saya? Saya ulangi mau jadi apakah saya ketika dalam kesendirian? Apa harus melamun begitu saja tanpa berbuat apa-apa? Apa harus mendekam di dalam kamar tanpa melihat cahaya luar?

Bagi saya ketika anda berada dalam posisi ini, lakukanlah hal-hal yang menurut anda baik, asyik atau sebagainya. Jangan buang waktumu dalam kesendirian dan berlarut tanpa henti. Rejoice (bersukacitalah) niscaya kesendirian itu ditemani rasa gembira dan boleh dikatakan anda tak sendiri lagi. Karena sudah ada yang menemani, ya gembira itu teman anda.

Akhir-akhir ini teman saya merasa sendiri dalam rumah. Kesendirian yang telah diatur oleh waktu. Dia bekerja sendiri menyapu lantai, mencuci, belajar hingga menyisir rambut dan bertata rias, tidak ada objek penilai seperti biasanya contoh: biasanya ketika ada objek penilai dia bertata rias, kemudian bertanya kepada objeknya, apakah saya cantik hari ini Ibu/Ayah? Atau ketika dia masih kecil rambutnya yang indah disisir rapih oleh kedua orangtuanya. Namun beberapa hari ini “objek” itu sementara tidak menemani sampai batas waktu yang tidak bisa diprediksi.

Saya mencoba untuk menghiburnya, menggodanya menyampaikan hal-hal yang lucu, agar dia ada yang menemani, entah cerita saya atau sebuah lelucon, minimal dia tertawa dan menikmati kesendiriannya. Untungnya dia seorang yang kuat tapi sebenarnya hati dia juga rapuh. Mungkin dalam hatinya dia berujar “apakah aku kuat?”.

Saya mencoba memotivasi, membujuknya agar tetap sabar, tanpa henti. Semoga dia tidak merasa risih tentang apa yang sedang saya lakukan. Semoga dia bisa mengatur waktu. Membagi waktu memang sulit, tapi cobalah, renungkanlah, atur sedemikian rupa dalam satu hari itu, niscaya kau tidak terlena dalam kesendirian.

Banyak cara dalam mengurangi kesendirian kawan. Buku yang berjejer di kamarmu itu, bacalah! Atau dalam rangka mempercepat waktumu, tontonlah film yang menarik, drama korea mungkin, atau penuhi saja diarymu dengan tangan manismu. Meskipun plester melekat di tanganmu.

Saranku untuk dia, jangan melamun! Bergembiralah tanpa itu kau akan selalu sendiri, lakukan hal-hal yang menurut kamu menarik. Atau carilah pacar agar bisa menjadi sandaran hatimu. Semoga kau bisa bercengkrama kembali dengan ayah dan ibumu, kesehatan menyertainya. Insya Allah dengan senyummu ke beliau kau bisa memprediksi waktu yang kau inginkan agar beliau pulang ke rumah dan kaupun tak sendiri lagi.