Wednesday, March 30, 2011

Kompetisi



Dalam persaingan sebuah entitas usaha sangat beragam dan mengakar, banyak di media televisi kita melihat persaingan itu dari setiap lini produk, entah bidang telekomunikasi ataupun minuman. Saya ambil contoh Telkomsel dan XL. Hampir ketika lewat depan parkiran SC (student center) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berdiri dua tenda yang berwarna biru dan merah. Itu menandakan dua produk perusahaan telekomunikasi; Telkomsel dan XL.

Saya hampir merasa terperanjat dengan hal itu, karena persaingan dalam meraih pangsa pasar di bidang telekomunikasi banyak turunannya. Bukan hanya di media televisi tapi juga di dunia kampus. Hal yang kita bahas adalah makna dari kata kompetisi.

Kompetisi ialah bertanding, bersaing dalam mewujudkan sesuatu. Persaingan membentuk sebuah hal yang tak sendiri, artinya ada hal yang lain sebagai lawan tanding atas hal yang mau di tandingi. Tujuannya ialah, mencapai target yang dimiliki sesuatu hal tersebut.

Menjamurnya provider (perusahaan penyedia layanan komunikasi) di Indonesia membuat kompetisi semakin dahsyat, meminjam kata eko marwanto-Hyper Competitive. Tak sedikitpun dari dari provider-provider menyerah begitu saja untuk meraih pangsa pasar, tujuannya meraih keuntungan semaksimal mungkin. Berbagai macam cara dilakukan, entah itu sindiran ataupun perang tarif harga. Ambil contoh iklan Telkomsel (AS), dengan iklan yang menampilkan sosok Sule yang kocak, berbicara kalau seandainya ia tak begitu mudah dibohongi anak kecil seperti Baim, tahukah anda kalau sebelumnya Sule adalah bintang iklan XL bersama Baim yang sekarang hijrah ke Telkomsel. Hal yang tersirat dari iklan tersebut menandakan bahwasannya Sule tak berminat di XL, dikarenakan XL terlalu membohongi dengan tarif murahnya, dan Sule mungkin agak sedikit kecewa dengan Baim dikarenakan Tos tangannya tak ditanggapi Baim, mungkin.

Kalau kita meresapi makna dari kompetisi tak ubah dikarenakan doktrin kapitalis sedemikian menjamur, pemodal berkuasa atas segalanya, tamak terhadap keuntungan, berbagai macam cara dilakukan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Greed is Good, moto dari kapitalisme. Dampak dari kompetisi yang semakin menjamur bisa merambah ke aspek sosial dan budaya.

Kalau kita mengamati lebih jauh lagi, persainganpun timbul juga di bidang ritel. Dimana ada Alfa Mart disitu ada Indomart. Ketika berdiri Alfa Mart didaerah tertentu, maka beberapa hari kemudian akan muncul toko ritel baru yang menjadi pesaingnya, Indomart tentunya. Entah dengan harga berapapun tanah yang dijual, ijin yang sulit, itu bukan menjadi penghalang. Pasti cepat perizinannya, saya tak tahu bagaimana prosesnya sehingga begitu cepat ijin yang didapat. Kalian tahu?

Dalam pandangan koperasi yang saya tahu, kompetisi tidak ada, yang ada ialah kata kerjasama. Merujuk pada asal muasal dari kata itu yaitu Co-Operation. Kerjasama dalam memberikan kebutuhan anggotanya, kerjasama untuk meraih kesamaan tujuan ekonomi bersama. Asosiasi sukarela individu, meraih manfaat ekonomi bukan terfokus kepada manfaat keuntungan yang diraih, hilirnya akan tertuju kepada nilai kesejahteraan, yang diperoleh lewat partisipasi anggotanya.

Koperasi sebuah gerakan perekonomian yang menyediakan, memproduksi, memasarkan produk yang dihasilkan, memberikan sebuah pandangan ekonomi baru, bukan alternatif ekonomi. Karena, dari asosiasi tersebut bergotong-royong untuk mewujudkan kebutuhan ekonomi. Makna persaingan dari sebuah koperasi dengan koperasi yang lain, hanya untuk memotivasi diri bukan untuk persaingan yang bentuknya ekstrem seperti menghujat, menyindir atau cara-cara licik dalam memperebutkan pangsa pasar.

Bentuknya macam-macam, Koperasi Sekunder yang menaungi Koperasi Primer, Induk-induk Koperasi mempunyai tujuan sama dalam proses produksinya ataupun Asosiasi-asosiasi lainnya. Lagi-lagi ada sebuah pasal yang harus ditaati oleh setiap koperasi yang berbentuk prinsip-prinsip dasar, berbunyi: kerjasama antar koperasi.

Makna kerjasama sangat luas, seluas akal kita yang berpikir tak terbatas, dalam hal pendidikan, usaha, pelatihan, jaringan-jaringan. Banyak yang kita dapat dari nilai kerjasama itu.

Kalau kita mendalami nilai-nilai koperasi dan menjalankannya tanpa cacat, dampaknya sangat luas, sosial dan budaya terkena juga. Koperasi bukan hanya terdapat aspek usaha (enterpreneur) saja, melainkan sosial dan budaya harus kita jaga kelestariannya agar tak tercampur pemahaman-pemahaman keliru dari sistem perekonomian lainnya, dan terlepas dari kata “kompetisi”.

0 comments:

Post a Comment