Hal yang tak wajar terjadi lusa kemarin. Tepatnya ketika Dosen tersebut sudah tampak dari dalam pintu kelas. Menyapa mahasiswa dan bercengkrama sebentar. Mahasiswa di ruangan 510 menyimak pra kata sebelum perkuliahan dimulai.
Mengingat waktu terbatas, beliau langsung membuka laptop kecilnya dengan hati-hati, tampak dari wajahnya agak sedikit terkejut saat barang elektronik kepunyaannya tak kunjung tersambung dengan Infocus yang terpasang diatas langit-langit ruangan kelas.
Sebagian mahasiswa terdiam melihat gesture tubuh beliau. “Kenapa tidak tersambung” beliau berucap. Mahasiswa pun terdiam termasuk saya sendiri. Beliau memberikan keluh kesah tentang apa yang terjadi, How could this be?.” Inikah kampus kita yang tidak memberikan service yang baik kepada mahasiswa, kenapa untuk menyampaikan perkuliahan saja kampus tidak profesional. Saya heran dengan semua ini, perkuliahan yang saya berikan hampir semuanya lewat media elektronik, sedangkan Infocus yang telah ada tidak berfungsi dengan baik, kenapa kalian tidak protes. Anda sudah membayar mahal untuk kuliah ini seharusnya Anda semua layak menerima pelayanan maksimal dalam perkuliahan,” ujarnya ditengah-tengah mahasiswa.
Keheningan pun terjadi di dalam ruangan itu, saya sempat berpikir, benar juga perkataan beliau. Tapi bagi saya akan lebih baik kita langsung pindah kelas saja di ruangan sebelah, kulihat sebelum berjalan memasuki ruangan kelas ini sempat melihat keadaan ruangan sebelah, kosong tak berpenghuni. Mungkin Infocus di ruangan tersebut berfungsi dengan baik, mungkin. Tak salah kita mencoba.
Apa yang saya pikirkan hampir sama dengan mahasiswa yang duduk di paling depan, sambil berbisik ke teman sebelahnya “kita pindah kelas saja yuk”.
Seluruh mahasiswa diruangan menatap mata temannya masing-masing, apa yang harus kita lakukan dengan keadaan seperti ini?.
Tampak terlihat raut wajah sang Dosen pun mulai gusar, “kalau keadaannya seperti ini saya akan keluar saja”, kata-kata itulah yang terucap dari mulut beliau. Semua diruangan bingung apa yang harus dilakukan. Pindah ruangan?, atau memanggil tekhnisi yang berada di Akademik Jurusan?.
Sambil menikmati “waktu yang hilang” saya sempat menelaah, mengapa layar putih didepan kelas tak kunjung mengeluarkan gambar, tampak warna hitam yang dominan, dan di tengah warna hitam itu hanya tertulis nama merk Infocus. Uuh, what’s going on?. Anggapan orang-orang di dalam ruangan itu mengenai gambar yang tak kunjung muncul dilayar adalah; karena salah satu di antara benda tersebut (laptop/infocus) tak berfungsi. Bisa jadi, karena anggapan mereka ketika ada dua hal yang berbeda ketika digabungkan dan tidak cocok satu sama lain, satu diantaranya pasti tak berfungsi. Seperti hubungan dua sejoli, pria dan wanita.
Tercetuslah ide dari mahasiswi yang duduk di pojok kiri saya, dengan ikhlas kaki anak itu bergerak, berdiri dan melangkah ke depan serta meninggalkan ruangan untuk memanggil sang tekhnisi yang ada di Akademik Jurusan di lantai tiga. Sambil menunggu kedatangan tekhnisi, dosen tersebut bercerita tentang keadaan kampus kita yang kurang proaktif dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswanya, dalam hal akademis juga tentunya, mutu yang rendah, dosen-dosen yang tidak menguasai materi sehingga menyebabkan penyampaian kepada mahasiswa tidak seutuhnya.
Pintu kelas terbuka, hadirlah sesosok yang ditunggu-tunggu. Tak asing di mata mahasiswa kita orang tersebut. Sang tekhnisi, sebut saja “mawar” namanya. “Ada apa pak”? kata tersebut yang dilontarkan kepada dosen yang duduk dimeja depan itu. Nampaknya sang tekhnisi sudah paham apa yang harus dilakukan. Dengan meraba bagian “mouse” laptopnya dan mengclick bagian kanan dari touchpadnya. Keluar lah pengaturan “personalize”, lalu dengan hanya tiga langkah kedepan layar di depan kelas pun berubah dengan gambar dekstop laptop si dosen tersebut.
Aneh, mungkin itu yang terucap dalam hati dosen dan mahasiswa yang ada diruangan itu, secepat itukah penyelesaiannya. Kita semua merenungnya bahwa orang-orang yang ada di dalam ruangan tak mengerti bagaimana mengoperasikannya. Dan tidak bisa cepat mengambil keputusan untuk memanggil dengan “paksa” sang tekhnisi sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma untuk memulai perkuliahan, serta agar tidak ketahuan bahwasannya semua yang ada di ruangan tersebut “GAGAP” tekhnologi.
0 comments:
Post a Comment