Matahari Tenggelam
Dewa Ra (Amon-Ra), dalam mitologi Mesir (kuno), Dewa ini punya kehendak, punya kemahakuasaan. Dan menjadi sebuah sumber. Sumber yang mengatakan bahwa, ketika ada suatu kejadian-yang ada di dunia- itu terjadi karena kehendaknya. Nama lain dari Dewa Ra ialah Dewa Matahari. Mungkin karena Kemahaannya nama lain itu muncul. Tapi kita tak membahasnya lebih jauh. Cukup sampai di sini.
Mata Hari, nama seorang penari, mata-mata (spionase) yang cantik. Menimbulkan pro kontra. Dipuji, dilain pihak dicaci. Mungkin karena pekerjaannya resiko itu muncul. Baik dan buruknya. Banyak pembuat film terinspirasi atas kisah hidupnya, karena hidupnya yang fenomenal tentunya. Tapi sekali lagi kita tak akan membahasnya lebih lanjut, cukup sampai disini.
Matahari, yang besar dan berwarna kuning menyinari Bumi sepanjang waktu tanpa henti. Sinarnya tak luput dari pandangan kita. Muncul setelah fajar, tenggelam menjelang senja, melihat proses tersebut membuktikan kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa. Proses matahari yang ada dan beraturan, itulah dunia kosmos. Yang ada dan yang beraturan.
Bumi mengelilingi matahari seperti Galileo berucap. Thesisnya menimbulkan telinga gereja tersulut. Karena apa, pendapatnya bertentangan dengan pandangan umum masyarakat di zamannya yang masih mempercayai pendapat dari sang filosof agung yunani, Aristoteles. Yang mengatakan mataharilah yang mengelilingi bumi, pernyataan ini dibantah oleh Galileo, yang menurutnya kebalikan dari pendapat dari sang filosof. Dia bereksperimen dengan sebuah bola kecil/kelereng dan sebuah papan yang di tempatkan memiring, sehingga ketika bola kecil itu digelindingkan dari bawah ke atas, maka bola kecil tersebut akan jatuh ke dasar mengikuti alurnya yang elips. Teori yang sederhana, terinspirasi Copernicus dan Kepler. Dan dari situlah semangat ilmu pengetahuan membahana. Galileo, tak peduli pendapatnya berbeda dengan pendapat masyarakat umum. Yang ia ingin lakukan ialah, mencari keingintahuan, kebenaran yang seutuhnya. Meskipun resiko menimpanya, dikucilkan dari golongan gereja.
Jepang, negeri matahari terbit. Julukan yang timbul dari kultur masyarakatnya. Yang membungkukkan badan ketika matahari muncul dari timur, masih ingatkah dengan peristiwa Singaparna di Tasikmalaya. Salah satu contoh betapa masyarakat Jepang mentaati budayanya, meskipun dilain pihak terkadang tak cocok diterapkan di negara kita.
Matahari, dengan proses di dalamnya membuat pasang surut air laut, kondisi suhu bumi dan sebagainya. Bumi yang disinarinya harus siap menghadapi sinar darinya. Suhu berapa yang cocok untuk wilayah A, wilayah B itu sudah ada yang mengatur. Apa yang terjadi jika suhu tersebut tidak cocok dengan keadaan isi bumi?. Sengsaralah isi bumi. Siklus yang beraturan ini harus dijaga, jangan dirusak oleh tangan-tangan jail manusia.
Lebih baik kita nikmati saja proses tata surya ini, dan menjaganya tetap lestari. Dengan berbagai cara. Agar umur bumi dan matahari tetep muda dan bersahaja. Nikmatilah matahari terbit di dekat gunung, resapilah cahaya senja matahari di tepi pantai. Niscaya kita akan tahu nilai Kemahakuasaan Tuhan.
Nb: Judul ini gw minta sama muklas. Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis..
Gambar: http://www.google.co.id/images
0 comments:
Post a Comment