Sarjana Labil
Seandainya untuk mengakhiri gelar kesarjanaan
tidak dengan pembuatan skripsi, tapi dengan persyaratan lain seperti; magang
dan setelahnya membuat laporan atas magang tersebut, pembuatan hasil karya
dalam bentuk apapun, sepintas mudah. Skripsi tentu bermanfaat bagi mahasiswa
sebagai kewajiban pemenuhan syarat kelulusan, sisi lain diluar kewajiban
membuat mahasiswa, sedikit, bisa mengenal apa arti penelitian, segi-segi yang
mendukung, mencari kodrat permasalahan yang berpengaruh dan mempunyai tingkat
signifikansi kepatutan untuk diteliti dan telaah kritis atas permasalahan tadi.
Tidak sampai disini saja proses ini berlanjut, pencarian data pendukung dari
sumber yang bisa dipertanggungjawabkan untuk ditetapkan sebagai keanekaragaman
informasi kemudian diuji dengan pengukuran-pengukuran tertentu hingga sampailah
pada data itu dianalisis. Kerangka hipotesis harus bisa dikemukakan terlebih
dahulu sebelum tahap yang tadi dilakukan dengan bantuan kerangka teoritis
ataupun tinjauan pustaka yang di dalamnya terpatri berbagai teori kajian
pembahasan khusus mengenai sesuatu hal.
Last but not least; kesimpulan menyeluruh atas penelitian tadi.
Memang diakui setiap jurusan berbeda standar
syarat kelulusannya, ada yang dalam bentuk skripsi tetapi selainnya pun ada,
sebut saja jurusan Teknik Informasi, atau jurusannya berkaitan langsung dengan
cipta karya. Sungguhpun demikian, keanekaragaman cabang ilmu dan persyaratan
berbeda daripadanya membuat kita memilih mana yang seharusnya menjadi keahlian
kita sebelum memperdalam konsentrasi ilmu
apa yang akan kita ambil.
Dengan keanekaragaman ilmu yang ada diberbagai
institusi pendidikan dan dari banyaknya ilmu tadi dikelompokkan sesuai dengan
kaidah keilmuan yang berlaku. Sebagai misal; Fakultas Ekonomi dan Bisnis
meliputi jurusan manajemen, akuntansi dan ilmu ekonomi studi pembangunan.
Pengelompokkan ini bukan berarti-secara ekstrim-berseberangan dengan cabang
ilmu lain, tentu tidak. Adanya kelompok, untuk membedakan dan mencirikan bukan
bertentangan, pemahaman akan suatu ilmu lebih mudah jika cabang ilmu yang sama
disatukan sebagai bentuk persaudaraan sejenis dan kefokusan penelaahan perkembangan
untuk memajukan suatu ilmu demi bertambahnya pengetahuan akan suatu ilmu tadi.
Jika tidak disatukan, keruwetan timbul, mencari perbedaannya sangatlah rumit.
Sudah disinggung di atas, pembedaan ini bukan sengaja mempertentangkan, sekali
lagi untuk kemudahan titik temu suatu pengetahuan, biar jelas tidak bias.
Demi kemaslahatan manfaat suatu ilmu untuk
kemanusiaan, cabang ilmu yang berbeda boleh dicari dan ditelaah-tapi tidak
mutlak-untuk memakai sumber informasi dan tambahan variabel sebagai studi pembahasan
penelitian.
Jadi sudah jelas perbedaanya, saya tidak ingin
menyinggungnya lebih lanjut hingga membingungkan Anda sekalian dan tentunya,
pikiran saya lagi ruwet dan tidak ingin membahasnya sampai penuh dalam otak.
Saya yakin, penilaian terhadap kemampuan
seseorang perihal keahliannya dalam sebuh ilmu, khususnya, di Universitas tidak
bisa secara akumulasi disimpulkan di detik terakhir; pembuatan skripsi.
Kemampuan seseorang dalam memahami suatu ilmu mengalami stagnasi berbeda-beda,
jika seorang mahasiswa jurusan akuntansi, saya yakin, tidak akan sepenuhnya
mampu memahami, mengetahui secara keseluruhan mata kuliah yang dicerap yang
rata-rata ditempuh selama kurang lebih 3,5 tahun yang berjumlah tujuh semeter
dengan asumsi satu semester mata kuliah yang diambil delapan, maka, kalau kita
kalkulasikan berjumlah 50an mata kuliah dengan jumlah SKS berkisar 151.
Oleh karena itu ada saja mahasiswa yang paham
ilmu-ilmu akuntansi semacam Intermediate Accounting, Advance Accounting,
tapi lemah dalam ilmu ekonomi makro, pun sebaliknya. Paham akan ilmu ekonomi
makro tapi tidak untuk ilmu akuntansi. Ada juga yang begini; jurusan akuntansi,
tidak memahami akuntansi, tidak pula ilmu-ilmu terkait masalah ekonomi, tapi
paham ilmu diluar jurusannya; politik mungkin, karena jarang kuliah dan lebih
menghabiskan waktunya untuk-ikut-ikutan-kegiatan diluar perkuliahan, sebut saja
organisasi politik kampus yang berafiliasi secara implisit dengan organisasi
ekstra kampus yang kebanyakan bermuara di ujungnya partai politik negeri ini.
Saya bingung, mahasiswa macam begini
orientasinya kemana, okelah mereka punya pendirian, prinsip dan kefokusan apa
yang menjadi tujuan hidupnya kelak. “Mumpung berada di ruang intelektual
manfaatkanlah hal lain di luar jurusan untuk dicari, dipindahkan, bahkan bila
perlu sebagai pengganti ilmu jurusan yang diambilnya.” Bela mereka.
Sah-sah saja seperti itu dilakukan, hak setiap
manusia untuk memilih. Tetapi sifat keseriusan harus ditempuh meski sebegitu
beratnya pilihan tersebut. Kita realitis saja, idealis boleh dan jangan
terlarut dalam pragmatisme, pragmatisme tentu tak ada yang melarang, asalkan
jangan terlalu parah dan melupakan tujuan prinsip yang termaktub dalam
idealisme. Realistis saja memaknai seperti ini, jangan berlebih, karena sesuatu
yang berlebih rasanya tidak enak, nikmat di awal tapi kalau sudah kenyang, muak
yang muncul. Berdiri ditengah-tengahnya, kuliah beres, organisasi jalan.
Keduanya diperlukan, organisasi sebagai pembanding, penambah pengetahuan, dan
kemantapan keahlian guna dimunculkan kembali agar tidak lekang oleh waktu minat
dan bakat yang dimiliki.
Karena, yang ditengah-tengah terkadang enak,
nikmat, legit lagi, katanya! Tetapi tetap jangan berlebihan!
1 comments:
ka, gw agak sedikit hmm bosen bacanya.ada humor humor atau lelucon dikit kek ka ahahahahahaha pis pisss ._.v
Post a Comment