Dalam khazanah keislaman di Indonesia, Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Maarif merupakan cendekiawan yang disegani pemikirannya perihal sejarah dan kajian keislaman yang toleran, pluralis dan autentik. Jebolan Universitas Cokroaminoto Surakarta, Ohio University, dan Chicago University ini mempunyai keilmuwan yng luas, baik masalah sejarah dan keislaman. Banyak pandangan beliau diadopsi berbagai pihak.
Beberapa bulan yang lalu saya membeli buku autobiografi beliau yang berjudul Titik-titik Kisar Perjalananku”, penerbit Mizan. Ketertarikan membeli buku ini karena kekaguman saya terhadap beliau, sepeninggal almarhum Gus Dur dan Cak Nur untuk mencari panutan yang pas dengan hati nurani saya dalam pemahaman keislaman yang komprehensif, toleran dan penuh dengan damai sulit sekali, beliaulah yang mengisnpirasiku dalam memahami pemahaman islam moral yang baik setelah Prof. Dr Quraish Shihab.
Biografi
Dalam tulisannya, beliau bercerita kisah perjalanannya di awali masa kecil yang bahagia di Sumpur Kudus dekat Lembah Bukit Barisan Sumatra Barat. Masa sekolah SMP dan SMA ditempuhnya di daerah itu. Sejak kecil beliau memang anak yang cerdas, wajar saja ketika beliau enggan melanjutkan ke jenjang berikutnya-karena masalah ekonomi- banyak pihak yang prihatin, akhirnya datang sosok M. Sanusi Latief yang berkeinginan membantunya, apa jadinya ketika tidak ada beliau, mungkin namanya tak pernah terdengar dalam bingkai cendekiawan muslim di Indonesia. Setelah lulus dari Universitas Cokroaminoto Surakarta, beliau mengabdikan dirinya pada organisasi massa islam Muhammadiyah, dan ditempatkan di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Selepas itu, keinginan meraih gelar M.A timbul dibenaknya, beasiswa yang diterima dari Ford Foundation membawanya ke Ohio University fokus ke jurusan sejarah. Selanjutnya gelar Doktor didapatnya di Chicago University atas rekomendasi Prof. Dr. M. Amien Rais di bawah bimbingan langsung Fazlur Rahman, beliau adalah salah satu mahaguru kajian islam di almamaternya. Banyak orang indonesia jebolan dari kampus ini, sebut saja Prof. Dr. M. Amien Rais, Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara dan Cak Nun yang dibawah bimbingan langsung mahaguru tersebut.
Sepulang dari studinya, beliau kembali ke organisasi keislaman Muhammadiyah, sempat masuk dalam jajaran kepengurusan era- Prof. Dr. M. Amien Rais, dan menjadi ketua PP. Muhammadiyah periode 1998-2005. Kiprah selanjutnya ialah fokus terhadap gerakan moral dan pendiri Maarif Institue serta penerima penghargaan Ramon Magsaysay dalam bidang perdamaian.
Pemikiran
Pada mulanya pemikiran beliau tentang islam lebih condong ke arah kaum fundamentalis islam yang pemahamannya menitikberatkan pendirian khilafah islam dalam ideologi negaranya. Sampai kuliah di Ohio University pun pandangan beliau masih belum berubah, seketika di bawah bimbingan Fazlur Rahmanlah pemahaman tentang khilafah tersebut berubah. Kita tahu Fazlur Rahman ialah seorang cendekiawan muslim asal Pakistan yang dideportasi dari negaranya dan menjadi mahaguru di Chicago University.
Pandangan Buya Syafi’i-beliau biasa disapa-berubah drastis dari fundamentalis ke arah yang lebih moderat, yang toleran akan keberagaman keyakinan beragama, dan wajar saja beliau meraih penghargaan bergengsi dari Ramon Magsaysay akan kerja kerasnya dalam memberikan Islam yang Rahmatan lila’lamin. “Aku sendiri hanya berharap bahwa perjalanan hidupku tetap berada dalam koridor islam yang autentik, sementara keindonesiaan dan kemanusiaan telah lama menyatu dengan keislamanku” (hal. 346), ujar beliau pada bagian penutup bukunya.
Kesan
Dalam buku ini beliau bertutur bukan hanya berkisah sebatas kehidupannya saja, namun banyak juga kutipan dan pesan moral yang bisa diambil dari buku ini. Kisah perjalanannya ditulis dengan gaya yang menarik ditambah informasi-informasi dan referensi yang memadai yang masuk kedalam jantung kisahnya. Hal itu kita bisa lihat dengan dimasukannya naskah pidatonya beliau saat menerima penghargaan dari Ramon Magsaysay.
Pesan yang bisa diambil dari buku ini ialah pandangan beliau tentang islam, filosofi hidup dan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan yang diterima serta disiplin dan sifat kerja keras yang tak kenal lelah dalam menjalankan hidup yang penuh dengan kepalsuan ini.
Di akhir halaman pembaca disuguhkan dokumentasi foto-foto beliau dari masa ke masa. Sedikit sinopsis buku ini semoga dapat memberikan suguhan informasi anda membacanya dan dapat mengambil semua hal-hal menarik di dalamnya.
Salam damai dari kalbu...
0 comments:
Post a Comment