Dalam dunia keintelejenan proses pencarian informasi bisa didapat dari mana saja, informasi di sini berkaitan tentang kepentingan untuk mencari sesuatu yang luput dari pandangan. Ketika menyelidiki suatu perkara biasanya intelejen mencari sampai sedetail mungkin, dikarenakan agar tidak ada kesimpangsiuran informasi, kegiatan seperti ini bukan hanya tugas dari seorang intel-sebutan intelejen-saja, tetapi bisa dilaksanakan oleh para informan. Intel dan informan tugasnya hampir sama, yang berbeda ialah dalam proses pencarian tersebut, intel sekaligus informan, tetapi informan belum tentu seorang intel. Kalau kita lihat di sekitar kita, informan bukan jabatan kemiliteran atau kepolisian melainkan pencari informasi yang bisa dikatakan suruhan dari intel tersebut. Tugas intel dan informan terkadang berbeda, intel mencari informasi diluar sedangkan informan masuk kedalamnya.
Informan adalah orang yang memberi keterangan dari suatu informasi. Dalam pengertian luas informan bukan hanya dimiliki aparat kepolisian saja tetapi juga pihak lain pun memilikinya meskipun penamaan darinya itu berbeda-beda. Informan ada juga di setiap perusahaan untuk mengetahui keadaan perusaan lawan yang sejenis, penjahat pun juga sama. Dalam film The Departed yang dibintangi Matt Damon (Colin) dan Leonardo Dicaprio (Billy) bercerita tentang informan yang-keduanya polisi-berbeda tugas dari atasannya. Colin seorang polisi yang menjadi informan dari seorang mafia-sekaligus ayah angkatnya-di jajaran kepolisian, tugasnya memberikan informasi tatkala ada polisi yang hendak menangkapnya, sehingga bos mafia tersebut bisa kabur sebelum ditangkap, lain halnya dengan Billy, dia juga seorang polisi yang ditugaskan sebagai informan dilingkaran bos mafia tadi, mencari informasi tentang kegiatan-kegiatannya serta info-info penting perihal kejahatannya. Menarik sekali melihatnya, dua informan yang beda tugas dan kepentingan.
Ruang Lingkup
Informan sebagai penyambung lidah intel atau pihak intelejen sangat membantu dalam proses pencarian informasi yang mendalam (indepth information). Informan cakupannya luas, info diatas menandakan bahwa informan bukan hanya berada dalam lingkungan pemerintahan tapi bisa juga dalam hal lain. Hal ini sangat dibutuhkan untuk setiap entitas yang membutuhkan informasi, mempunyai informan dilakukan agar bisa sebagai bahan informasi koreksi, mengetahui kekuatan musuh dan kegiatan yang dilakukannya atau sebagai tameng bagi suatu entitas untuk terbebas dari ancaman yang menghadapinya.
Seorang informan dituntut mobile dalam pekerjaannya dan diharuskan selalu siap siaga dalam mencari berita-kaya wartawan saja hahaha. Karena itu dalam kaidah keintelejenan informan harus bisa masuk kedalam, menyamar sebagai bagian darinya. Resikonya memang berat. Mati atau disiksa oleh pihak yang diselidiki. Sifat kewaspadaan harus dimiliki, begitu juga seorang penyuruh-dalam hal ini intelejen-informan tersebut harus bisa benar-benar menjaga komunikasi dengannya agar informan tak luput dari peredaran dan tugas yang diberikannya. Disini antara informan dan intelejen saling mempunyai sifat kewaspadaan. Intelejen mewaspadai informannya apakah dapat dipercaya dan tidak berkhianat, terkadang dalam kepolisian seorang informan tidak diketahui oleh polisi yang lainnya. Hal itu dilakukakn guna melindungi, menjaga agar informan yang diutus tidak mudah dikendalikan oleh orang lain yang dapat mengganggu operasi intelejen.
Begitupun sebaliknya, seorang informan harus waspada juga terhadap intelejen, jangan sampai perjanjian dan prakteknya diingkari, biasanya dalam perjanjiannya-tertulis atau tidak-kehidupan dari seorang informan dijaga, keluarga dan yang lainnya, perjanjian ini harus ada karena tugas yang diembannya berat dan penuh resiko. Ketika ketahuan oleh orang yang diselidikanya resikonya ialah mati, disiksa atau keluarganya diancam. Nah, disini letak kewaspadaan informan terhadap intelejen.
Perekrutan informan oleh pihak intelejen negara bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama-kita ambil contoh dalam kasus terorisme dan NII (negara Islam Indonesia)-informan direkrut dari mantan anggota tersebut. Kita harus memahami bagaimana intelijen bekerja. Intelijen bukan seperti aparat penegak hukum. Ketika dia menangkap orang, bukan untuk dihukum. Tapi, orang itu dipakai untuk bekerja buat intelijen.
Misalnya, JI (Jamaah Islamiyah). Kita sudah tahu bahwa teroris ini punya organisasi JI. Bagaimana kita bisa tahu akan ada bom kalau kita tidak mengambil orang dari JI. Ini namanya penetrasi melalui suatu operasi reaksi osmosis (merekrut anggota musuh menjadi informan). Nanti setelah dia kembali ke JI, dia sudah bisa lapor ke kita apa yang terjadi di dalam. Bukan kayak intel melayu, cuma muter-muter di luar. Intelijen kerjanya seperti itu. Ini bukan penculikan. Kalau orangnya kita ambil, kita kasih tahu isterinya, suami ibu ada di saya. Saya intelijen negara RI. Dia akan bekerja untuk bangsa dan negara mulai hari ini. Pengalaman saya, istrinya nangis kesenengan karena suaminya sudah sadar. Tapi jangan bocor ya bu. Dia bisa dibunuh sama temen-temennya. Nasib suami ibu ada di tangan ibu. Nah, untuk yang NII, utadz-ustadz yang menjadi pimpinan dalam kelompok-kelompok kecil mereka harus dikontra-brainswash oleh aparat kita. Ambil mereka, 4-7 hari kita brainswash bersih otaknya. Kita mobilisasi utadz-ustadz kita yang intelek untuk masuk ke kelompok mereka, biasanya kita ambil dari UIN (Universitas Islam Negeri). Ini memang tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Ini harus jalan bersama-sama dengan Kementerian Agama (AM. Hendropriyono).
Kedua, informan direkrut dari luar artinya bukan dari bagian yang diselidiki, orang luar murni, bisa juga menyamar sebagai pedagang keliling, tukang siomay dan sebagainya, yang tugasnya mengikuti perkembangan dari luar tentang apa yang sedang diselidiki. Seperti yang dilakukan oleh Kolonel (Purn.) Gatot Purwanto, mantan perwira Komando Pasukan Sandi Yudha (kini Kopassus), yang pernah bertugas lama di Timor Timur (kini Timor Leste) menyamar sebagai penjual makanan dan bisa menyelinap kemana saja, wajar saja beliau juga pernah bertemu dengan Xanana Gusmao ketika berada di dalam hutan pada saat peristiwa Baliho terjadi.
Pola Kerja
Yang harus dilakukan oleh informan dalam tugasnya ialah. Pertama, alat komunikasi, hal ini sangat penting karena antara informan dan intelejen hubungannya jarang bertatap muka. Itu dilakukan agar informan jangan sampai kehilangan informasi sedikitpun dengan apa yang diselidiki, tidak seringnya bertatap muka merupakan penghapus jejak agar tidak diketahui oleh pihak yang diselidiki, penjahat juga pintar bung. Tatap muka dilakukan ketika dibutuhkan dan dalam keadaan darurat saja. Alat komunikasipun berbeda-beda dalam kegunaannya, tergantung operasi yang dijalankannya, apakah operasi tersebut dilakukan di dalam atau diluar. Kalau didalam diperlukan alat yang tidak mudah diketahui oleh orang lain, contohnya: alat penyadap, sedangkan di luar diperlukan alat komunikasi yang efektif diantaranya telepon genggam atau koneksi internet. Di sini yang dilakukannya ialah penyambung informasi, sedangkan yang menjadi kewaspadaan ialah jangan sampai ketahuan.
Kedua, informasi yang di dapat bisa langsung disampaikan bisa juga tidak tergantung dari proses didalamnya, apakah efeknya ketika informasi tersebut langsung atau tidak langsung disampaikan? Apakah ditampung terlebih dahulu dan menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikannya? tergantung dari modus operandinya, disini kecakapan seorang informan diuji. Ketiga, menghapus jejak agar tidak terdeteksi sedikitpun oleh pihak yang diselidiki.
Informan dalam kaitannya dengan tugas intelejen sangat membantu. Informasi yang di dapat kadang lebih lengkap dari intelejen sendiri, informan yang direkrut intelejen dari mantan “penjahat” sering dijadikan sebagai objek tugas dari intelejen, karena informan tersebut lebih mengenal karakteristik didalamnya. Tertarikkah anda menjadi seorang informan? Lumayan loh gajinya, dan lumayan juga resikonya. hahaha
0 comments:
Post a Comment