Friday, March 2, 2012

Babak Kedua


Ini bukan pertama kalinya kita berlatih blocking, istilah yang tepat blocking menurutku ialah perpindahan gerak tubuh dari satu titik ke titik lainnya dengan esensi dan isi di dalamnya. Artinya dalam sebuah blocking-merujuk pendapatku di atas-adalah tepat dikatakan bukan hanya perpindahan gerak tapi pertanggungjawaban atas yang telah kita lakukan. Setiap gerak, suara, dan seterusnya, harus mempunyai nilai tanggung jawab atas apa yang digerakkan, disuarakan bahkan digoyangkan.

Malam itu, lepas Is'ya. Teman-teman Tesya (Teater Syahid) khususnya anggota baru-ciyeee anggota baru-yang dibawah asuhan Ari Batubara berlatih seperti biasanya. Hingar bingar malam itu tak membuat kusut semangat teman-teman Tesya untuk latihan bersama. Depan BEMU ada acara Tonk Musik persembahan dari UKM RIAK, suaranya kencang hingga kami terpaksa menjauhi suara bising itu sampai ke fakultas Syariah dan Hukum yang tetanggaan sama Kafe milik Swasta, katanya-padahal milik pejabat kampus.


Bagi kami suara bising itu bukan halangan sejauh tidak membuat konsenrtrasi kami hilang. Yap! Pengaruh luar sebenarnya tidak begitu besar merobohkan semangat kami dalam latihan, lebih tepat malas dan instabilitas tanpa loyalitaslah kendala primer peroboh semangat kami.

Aku pikir karena menghindari suara itulah kita pindah, tapi tidak! Ada yang lain sebelum kita beranjak ke gedung Fakultas Syariah dan Hukum. Tempat biasa kita latihan dihinggapi duluan (Langgar samping Aula SC) oleh teman-teman UKM PSM. Emmm, begitulah, tak enak kami mengganggu meski jadwal tak resmi menyatakan kita punya hak latihan di tempat depan toilet wanita itu. Biasanya PSM selesai sebelum Isya lalu setelahnya kita berada di tempatnya. Sebagai pengganti tempat, depan toilet pria digunakan tempat latihan kami untuk straching, olah tubuh, vokal, pasang kuda-kuda, yang pada saat itu diajar(bukan dididik)oleh guru senam sekaligus astrada kita; Rendi Marco alias Surandi Ikhsan alias Gondok (GONDrong jOrok dan bau keteK).

Sesuatu banget diajar sama Rendi Marco alias Surandi Ikhsan alias Gondok-selanjutnya karena namanya panjang dan banyak aliasnya, aku sapa dia dengan sebutan Rendi seperti Putri Indonesia bilang.

Pada awalnya kaki dilipat sambil berdiri dengan telapak kaki menyentuh lantai dan lutut kita bertemu berhimpitan merapatkan kaki sampai aturan selanjutnya kaki dilipat itu selesai. Tangan menjulur ke depan, samping, atas, sambil gaya meremas-remas dengan keras. Dan selanjutnya senam muka dengan pasang muka jelek, olah mulut dan gerakkan setelahnya menggerakkan lidah, aku suka gerakan itu.

Kalau muka jelek sudah diolah, mulut bau dikunyah-kunyah dan lidah dilipat ke atas dan ke bawah maka gerak tubuh adalah the next moving. Tanpa adanya diskriminasi terhadap tubuh, bagian atas sampai bawah tak luput diolah dan diguncang-guncang, sekalinya kuda-kuda dipasang berbarengan dengan gerakan tadi niscaya bersamaan akan hal itu keringat mengucur deras. Ini bagi mereka yang latihan dengan konsentrasi tinggi yang kadangkala godaan demi godaan muncul dalam setiap latihan. Apakah itu? Adalah kentut, ketawa, guyonan bahkan teman di sekitar kita ialah godaan yang utama. Sebut saja nama Washadi; si Jablay itu. Dia kadang menggoda teman-teman khususnya laki-laki dengan panggilan "Blay blay blay" dan yang dipanggil pasti bulu kuduk roma berdiri tegak mendengar itu.

Jreng, mobil Kijang merah tiba-tiba ada. Tanda sutradara datang. Ari.... Batttttuu.... Barrrrraaaaaa!!! Yeahh!!! Rooocckk!!!

Sang sutradara kita ini sedikit tambun, perokok berat, hanya itu yang menemaninya saat latihan dan teh tubruk manis tentunya. Bagiku Om Ari memang pintar, bahasa penerangnya bagiku begitu implisit, jadi jangan salahkan jika sedikit susah menerima penjelasannya bagi mereka yang IQ nya -maaf- agak kendor. Alhamdulillah saya sedikit beruntung untuk bisa selangkah lebih maju dalam menerima petuahnya, karena IQ saya hampir sama dengan Sri Mulyani dan mendekati Einstein. Yang masalah IQ jangan dianggap serius!

Mulanya Om Ari menanyakan siapa yang datang dan tak bisa hadir pada latihan hari itu. "Sunan-sunan hadir semua?", ucap Om Ari kepada kita.
"Sunan Gunung Djati alias Oco tak ada kabar, Ahdan sebagai Sunan Kudus juga sama, dan Sultan Demak yang diperankan Mol tak muncul meski sudah dihuhungi beberapa kali", kata seseorang menjelaskan.

Then, Om Ari langsung memerintahkan kita khususnya para pemain di babak kedua untuk mempersiapkan diri.

Babak kedua dengan beberapa Adegan yang diapakai pada latihan malam itu dengan orang yang berperan di dalamnya begitu lengkap hingga tak salah, babak kedualah yang kita adegankan malam itu. Yang paling banyak diperhatikan adalah Sunan Giri alias Ari Sumitro, si anak dalang ini memiliki bakat menghapal yang baik, bisa jadi dia jarang onani.
Ada yang kurang pada malam itu, dalam pandangan sutradara intonasi dan suara dari Ari kurang begitu keras, mendekati pas. Tapi dalam segi ketepatan dia dalam menempatkan posisi cukup terlihat bisa.

Usai latihan babak kedua, kita mengadakan evaluasi sambil menyantap piscok dan kue bolu pemberian teman. Dan pemain-pemain pada babak itu terkena saran dan kritik dari sutradara.

Aku tak tahu asisten sutradara bekerjanya apa dalam produksi ini, setahuku dia sibuk menyimak, melayani tamu-temannya mungkin, dan tak terlihat sedikitpun darinya untuk memberikan saran kepada sutradara atau ke pemain.

Memang benar anggota baru tidak begitu suka kepadanya, lebih tepat tingkah lakunya. Padahal menurutku biasa-biasa saja. Entahlah, kepala manusia beda bentuk, hati manusia tak selamanya bersih ada saja kesubjektifan tak jujur dari pandangan seseorang. Kasihan Rendi, sudahlah, bantu dia, umurnya sudah tua. Upss!

Cukup di sini saja cuap-cuapnya. Thank you more.


2 maret 2012

0 comments:

Post a Comment