Ini bukan pertama kalinya
kita berlatih blocking, istilah yang tepat blocking menurutku ialah perpindahan
gerak tubuh dari satu titik ke titik lainnya dengan esensi dan isi di dalamnya.
Artinya dalam sebuah blocking-merujuk pendapatku di atas-adalah tepat dikatakan
bukan hanya perpindahan gerak tapi pertanggungjawaban atas yang telah kita
lakukan. Setiap gerak, suara, dan seterusnya, harus mempunyai nilai tanggung
jawab atas apa yang digerakkan, disuarakan bahkan digoyangkan.
Malam itu, lepas Is'ya. Teman-teman Tesya (Teater
Syahid) khususnya anggota baru-ciyeee anggota baru-yang dibawah asuhan Ari
Batubara berlatih seperti biasanya. Hingar bingar malam itu tak membuat kusut
semangat teman-teman Tesya untuk latihan bersama. Depan BEMU ada acara Tonk Musik
persembahan dari UKM RIAK, suaranya kencang hingga kami terpaksa menjauhi suara
bising itu sampai ke fakultas Syariah dan Hukum yang tetanggaan sama Kafe milik
Swasta, katanya-padahal milik pejabat kampus.
Bagi kami suara bising itu bukan halangan sejauh
tidak membuat konsenrtrasi kami hilang. Yap !
Pengaruh luar sebenarnya tidak begitu besar merobohkan semangat kami dalam
latihan, lebih tepat malas dan instabilitas tanpa loyalitaslah kendala primer
peroboh semangat kami.
Aku pikir karena menghindari suara itulah kita
pindah, tapi tidak! Ada
yang lain sebelum kita beranjak ke gedung Fakultas Syariah dan Hukum. Tempat
biasa kita latihan dihinggapi duluan (Langgar samping Aula SC )
oleh teman-teman UKM PSM. Emmm, begitulah, tak enak kami mengganggu meski
jadwal tak resmi menyatakan kita punya hak latihan di tempat depan toilet
wanita itu. Biasanya PSM selesai sebelum Isya lalu setelahnya kita berada di
tempatnya. Sebagai pengganti tempat, depan toilet pria digunakan tempat latihan
kami untuk straching, olah tubuh, vokal, pasang kuda-kuda, yang pada saat itu
diajar(bukan dididik)oleh guru senam sekaligus astrada kita; Rendi Marco alias
Surandi Ikhsan alias Gondok (GONDrong jOrok dan bau keteK).
Sesuatu banget diajar sama Rendi Marco alias
Surandi Ikhsan alias Gondok-selanjutnya karena namanya panjang dan banyak
aliasnya, aku sapa dia dengan sebutan Rendi seperti Putri Indonesia
bilang.
Pada awalnya kaki dilipat sambil berdiri dengan
telapak kaki menyentuh lantai dan lutut kita bertemu berhimpitan merapatkan kaki
sampai aturan selanjutnya kaki dilipat itu selesai. Tangan menjulur ke depan,
samping, atas, sambil gaya
meremas-remas dengan keras. Dan selanjutnya senam muka dengan pasang muka
jelek, olah mulut dan gerakkan setelahnya menggerakkan lidah, aku suka gerakan
itu.
Kalau muka jelek sudah diolah, mulut bau
dikunyah-kunyah dan lidah dilipat ke atas dan ke bawah maka gerak tubuh adalah
the next moving. Tanpa adanya diskriminasi terhadap tubuh, bagian atas sampai
bawah tak luput diolah dan diguncang-guncang, sekalinya kuda-kuda dipasang
berbarengan dengan gerakan tadi niscaya bersamaan akan hal itu keringat
mengucur deras. Ini bagi mereka yang latihan dengan konsentrasi tinggi yang
kadangkala godaan demi godaan muncul dalam setiap latihan. Apakah itu? Adalah kentut,
ketawa, guyonan bahkan teman di sekitar kita ialah godaan yang utama. Sebut
saja nama Washadi; si Jablay itu. Dia kadang menggoda teman-teman khususnya
laki-laki dengan panggilan "Blay blay blay" dan yang dipanggil pasti
bulu kuduk roma berdiri tegak mendengar itu.
Jreng, mobil Kijang merah tiba-tiba ada. Tanda
sutradara datang. Ari.... Batttttuu.... Barrrrraaaaaa!!! Yeahh!!! Rooocckk!!!
Sang sutradara kita ini sedikit tambun, perokok
berat, hanya itu yang menemaninya saat latihan dan teh tubruk manis tentunya.
Bagiku Om Ari memang pintar, bahasa penerangnya bagiku begitu implisit, jadi
jangan salahkan jika sedikit susah menerima penjelasannya bagi mereka yang IQ
nya -maaf- agak kendor. Alhamdulillah saya sedikit beruntung untuk bisa
selangkah lebih maju dalam menerima petuahnya, karena IQ saya hampir sama
dengan Sri Mulyani dan mendekati Einstein. Yang masalah IQ jangan dianggap
serius!
Mulanya Om Ari menanyakan siapa yang datang dan
tak bisa hadir pada latihan hari itu. "Sunan-sunan hadir semua?", ucap
Om Ari kepada kita.
"Sunan Gunung Djati alias Oco tak ada kabar, Ahdan sebagai Sunan Kudus juga sama, dan Sultan Demak yang diperankan Mol tak muncul meski sudah dihuhungi beberapa kali", kata seseorang menjelaskan.
"Sunan Gunung Djati alias Oco tak ada kabar, Ahdan sebagai Sunan Kudus juga sama, dan Sultan Demak yang diperankan Mol tak muncul meski sudah dihuhungi beberapa kali", kata seseorang menjelaskan.
Then, Om Ari langsung memerintahkan kita
khususnya para pemain di babak kedua untuk mempersiapkan diri.
Babak kedua dengan beberapa Adegan yang diapakai
pada latihan malam itu dengan orang yang berperan di dalamnya begitu lengkap
hingga tak salah, babak kedualah yang kita adegankan malam itu. Yang paling
banyak diperhatikan adalah Sunan Giri alias Ari Sumitro, si anak dalang ini
memiliki bakat menghapal yang baik, bisa jadi dia jarang onani.
Ada yang kurang
pada malam itu, dalam pandangan sutradara intonasi dan suara dari Ari kurang
begitu keras, mendekati pas. Tapi dalam segi ketepatan dia dalam menempatkan
posisi cukup terlihat bisa.
Usai latihan babak kedua, kita mengadakan
evaluasi sambil menyantap piscok dan kue bolu pemberian teman. Dan
pemain-pemain pada babak itu terkena saran dan kritik dari sutradara.
Aku tak tahu asisten sutradara bekerjanya apa
dalam produksi ini, setahuku dia sibuk menyimak, melayani tamu-temannya
mungkin, dan tak terlihat sedikitpun darinya untuk memberikan saran kepada
sutradara atau ke pemain.
Memang benar anggota baru tidak begitu suka
kepadanya, lebih tepat tingkah lakunya. Padahal menurutku biasa-biasa saja.
Entahlah, kepala manusia beda bentuk, hati manusia tak selamanya bersih ada
saja kesubjektifan tak jujur dari pandangan seseorang. Kasihan Rendi, sudahlah,
bantu dia, umurnya sudah tua. Upss!
Cukup di sini saja cuap-cuapnya. Thank you more.
2 maret 2012
0 comments:
Post a Comment