Saat mata ini masih terpejam dan suasana sekitar
begitu nestapa hingga nyamuk yang hadirpun terasa malu untuk menggigit,
menyedot darah-darah daging yang katanya terbuat dari tanah itu. Bukan kenapa
nyamuk itu pergi, kabur dalam komunalnya masing-masing. Mereka menjauh karena
malam yang hadir telah pulang, meredup seakan-akan bohlam lampu yang habis masa
terangnya.
Tiba-tiba matahari datang selambat-lambatnya dari
fajar, yang, menyingsing kerinduan akan perubahan, rumput-rumputpun basah,
setitik demi setitik lalu pudar kala matahari mulai memanas dan menyingsing
bersinar sampai batas dada orang dewasa. Saat itulah binatang penyedot darah
manusia-yang terbuat dari tanah-itu pulang, mungkin tidur saat manusia bangun.
Dan waktu itulah aku bangun dengan putih mata yang masih memerah, sedikit, ada
kotoran hinggap dipojokkan.