Sunday, December 25, 2011

Sarjana Labil






Sarjana Labil


Seandainya untuk mengakhiri gelar kesarjanaan tidak dengan pembuatan skripsi, tapi dengan persyaratan lain seperti; magang dan setelahnya membuat laporan atas magang tersebut, pembuatan hasil karya dalam bentuk apapun, sepintas mudah. Skripsi tentu bermanfaat bagi mahasiswa sebagai kewajiban pemenuhan syarat kelulusan, sisi lain diluar kewajiban membuat mahasiswa, sedikit, bisa mengenal apa arti penelitian, segi-segi yang mendukung, mencari kodrat permasalahan yang berpengaruh dan mempunyai tingkat signifikansi kepatutan untuk diteliti dan telaah kritis atas permasalahan tadi. Tidak sampai disini saja proses ini berlanjut, pencarian data pendukung dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan untuk ditetapkan sebagai keanekaragaman informasi kemudian diuji dengan pengukuran-pengukuran tertentu hingga sampailah pada data itu dianalisis. Kerangka hipotesis harus bisa dikemukakan terlebih dahulu sebelum tahap yang tadi dilakukan dengan bantuan kerangka teoritis ataupun tinjauan pustaka yang di dalamnya terpatri berbagai teori kajian pembahasan khusus mengenai sesuatu hal.


Last but not least; kesimpulan menyeluruh atas penelitian tadi.

Memang diakui setiap jurusan berbeda standar syarat kelulusannya, ada yang dalam bentuk skripsi tetapi selainnya pun ada, sebut saja jurusan Teknik Informasi, atau jurusannya berkaitan langsung dengan cipta karya. Sungguhpun demikian, keanekaragaman cabang ilmu dan persyaratan berbeda daripadanya membuat kita memilih mana yang seharusnya menjadi keahlian kita sebelum memperdalam konsentrasi ilmu  apa yang akan kita ambil.

Dengan keanekaragaman ilmu yang ada diberbagai institusi pendidikan dan dari banyaknya ilmu tadi dikelompokkan sesuai dengan kaidah keilmuan yang berlaku. Sebagai misal; Fakultas Ekonomi dan Bisnis meliputi jurusan manajemen, akuntansi dan ilmu ekonomi studi pembangunan. Pengelompokkan ini bukan berarti-secara ekstrim-berseberangan dengan cabang ilmu lain, tentu tidak. Adanya kelompok, untuk membedakan dan mencirikan bukan bertentangan, pemahaman akan suatu ilmu lebih mudah jika cabang ilmu yang sama disatukan sebagai bentuk persaudaraan sejenis dan kefokusan penelaahan perkembangan untuk memajukan suatu ilmu demi bertambahnya pengetahuan akan suatu ilmu tadi. Jika tidak disatukan, keruwetan timbul, mencari perbedaannya sangatlah rumit. Sudah disinggung di atas, pembedaan ini bukan sengaja mempertentangkan, sekali lagi untuk kemudahan titik temu suatu pengetahuan, biar jelas tidak bias.

Demi kemaslahatan manfaat suatu ilmu untuk kemanusiaan, cabang ilmu yang berbeda boleh dicari dan ditelaah-tapi tidak mutlak-untuk memakai sumber informasi dan tambahan variabel sebagai studi pembahasan penelitian.

Jadi sudah jelas perbedaanya, saya tidak ingin menyinggungnya lebih lanjut hingga membingungkan Anda sekalian dan tentunya, pikiran saya lagi ruwet dan tidak ingin membahasnya sampai penuh dalam otak.

Saya yakin, penilaian terhadap kemampuan seseorang perihal keahliannya dalam sebuh ilmu, khususnya, di Universitas tidak bisa secara akumulasi disimpulkan di detik terakhir; pembuatan skripsi. Kemampuan seseorang dalam memahami suatu ilmu mengalami stagnasi berbeda-beda, jika seorang mahasiswa jurusan akuntansi, saya yakin, tidak akan sepenuhnya mampu memahami, mengetahui secara keseluruhan mata kuliah yang dicerap yang rata-rata ditempuh selama kurang lebih 3,5 tahun yang berjumlah tujuh semeter dengan asumsi satu semester mata kuliah yang diambil delapan, maka, kalau kita kalkulasikan berjumlah 50an mata kuliah dengan jumlah SKS berkisar 151.

Oleh karena itu ada saja mahasiswa yang paham ilmu-ilmu akuntansi semacam Intermediate Accounting, Advance Accounting, tapi lemah dalam ilmu ekonomi makro, pun sebaliknya. Paham akan ilmu ekonomi makro tapi tidak untuk ilmu akuntansi. Ada juga yang begini; jurusan akuntansi, tidak memahami akuntansi, tidak pula ilmu-ilmu terkait masalah ekonomi, tapi paham ilmu diluar jurusannya; politik mungkin, karena jarang kuliah dan lebih menghabiskan waktunya untuk-ikut-ikutan-kegiatan diluar perkuliahan, sebut saja organisasi politik kampus yang berafiliasi secara implisit dengan organisasi ekstra kampus yang kebanyakan bermuara di ujungnya partai politik negeri ini.

Saya bingung, mahasiswa macam begini orientasinya kemana, okelah mereka punya pendirian, prinsip dan kefokusan apa yang menjadi tujuan hidupnya kelak. “Mumpung berada di ruang intelektual manfaatkanlah hal lain di luar jurusan untuk dicari, dipindahkan, bahkan bila perlu sebagai pengganti ilmu jurusan yang diambilnya.” Bela mereka.

Sah-sah saja seperti itu dilakukan, hak setiap manusia untuk memilih. Tetapi sifat keseriusan harus ditempuh meski sebegitu beratnya pilihan tersebut. Kita realitis saja, idealis boleh dan jangan terlarut dalam pragmatisme, pragmatisme tentu tak ada yang melarang, asalkan jangan terlalu parah dan melupakan tujuan prinsip yang termaktub dalam idealisme. Realistis saja memaknai seperti ini, jangan berlebih, karena sesuatu yang berlebih rasanya tidak enak, nikmat di awal tapi kalau sudah kenyang, muak yang muncul. Berdiri ditengah-tengahnya, kuliah beres, organisasi jalan. Keduanya diperlukan, organisasi sebagai pembanding, penambah pengetahuan, dan kemantapan keahlian guna dimunculkan kembali agar tidak lekang oleh waktu minat dan bakat yang dimiliki.

Karena, yang ditengah-tengah terkadang enak, nikmat, legit lagi, katanya! Tetapi tetap jangan berlebihan!

Sunday, December 18, 2011

Ambang Batas



Mungkin juga bagi Anda, mempunyai ketakutan akan sesuatu, entah hanya dengan melihatnya, memegangnya, merasakannya, atau apapun. Sebagaimana yang pernah dialami olehku, saya bisa langsung merumuskan ketakutan itu terbagi berapa, memang tidak serta merta perumusan ini bisa digeneralisasikan kepada manusia pada umumnya, disebabkan pengalaman setiap orang berbeda, baik itu keadaan waktu yang mengiringi atau dalam ruang yang berlainan.

Friday, December 2, 2011

Beasiswa dan Lika-likunya



Beasiswa dan Lika-likunya
Angin berhembus tidak diundang tiba-tiba masuk memanggil-manggil Aku yang sedang asyik duduk termangu dan tetap, dengan, seksama melihat bongkahan-bongkahan folder tersusun berantakan di dalam laptop temanku sampai terbangunnya bulu tipis dalam belaian tubuh yang sedang terguncang ini. Gerangan apa yang hendak memaksaku untuk melihatnya secara detail tanpa selirikpun mata ini tengok kanan-kiri, fokus kedepan hingga suatu ketika rangsangan itu datang menyambut, sengaja, mengundang hasrat untuk membukanya. Secepat kemudian Aku temukan, apa yang menjadi fokus perhatian mata telanjang ini.
Folder berisi informasi singkat dan sederhana mengajakku untuk melaluinya tahap demi tahap. Size-nya memang kecil, tapi tidak untuk isinya. Informasi tambahan mengenai pendidikan tingkat lanjut yang, bagiku, penting untuk dibaca, dicermati dan diwujudkan dengan proses njelimet.

Thursday, December 1, 2011

Sepi Sunyi Senyap



Pink! Kenapa kamu mematikan pembicaraan kita? Tengah malam lalu kamu berhenti bicara, kamu tekan off pada ponselmu, kemudian aku ditinggal pergi dalam kesunyian malam bertalu-talu dengan kesendirian tanpa ditemani sesuatu apapun kecuali kopi hitamku.

Ada Setan dalam Teknologi



Aku mengutuk! Mengumpat suatu hal yang baru, dan ke-baru-an itu berlangsung sedemikian cepat hingga bentuk suatu jiwa manusia berlomba-lomba mendapatkannya. Jikalau pupus, nasib sayu diterimanya, bisa saja cemoohan, dan sindiran yang menjurus sesak di hati. Baru berarti yang lama dianggap usang dan, parahnya, tidak berguna lagi kemudian beralih fungsi menjadi fosil. Yang lalu biarlah berlalu, adagium itu menunjukkan melupakan sesuatu yang dianggap membebani alam pikiran dan menatap yang di depan dengan penuh optimis. Tapi, yang lalu biarlah berlalu, bagiku, tidak pas disematkan dalam tulisan ini, cerita tentang buah ter-baru-kan terus-menerus di bidang teknologi.