Sebisa mungkin jika duduk di Bangku Doraemon persis berhadapan dengan UKM KMM RIAK dan MENWA. Tengoklah ke atas! Gerbang tempat kreasi mahasiswa tertulis di atasnya: UIN SYARIF HIDAYATULLAH-berurutan ke bawah-Pusat Kegiatan Kemahasiswaan sampai kepada tulisan Student Center.
Asal mula adalah kata... Sebaris sajak Subagio Sastrowardoyo dijumput untuk mengawali pembicaraan di atas. Sajak ini jangan dimaknai secara ekplisit, namun filosofis. Karena Asal mula adalah kata bercerita tentang awal mula penamaan segala sesuatu yang berasal dari kata. Kata disini bukan menandakan kewujudan mutlak bagi penamaan segalanya, kata itu mewakili dari satu segi, ia hanya “menyerupai” bukan menandakan kesuluruhan yang dinamainya. Kata bersifat seperti itu, untuk dipanggil dan diingat oleh subjek keduanya.
Lihat secara seksama penamaan gerbang gedung itu, tersusun dari tiga bahasa; Indonesia, Arab dan Inggris. Sayang seribu sayang, kita hanya kasmaran dan mengenalnya-hanya kata -Student Center (SC).
Lebih dari sekedar nama dan artikulasi diri, gedung itu diperuntukkan. Sebagai bentuk kebijakan kampus mewadahi seluruh kegiatan mahasiswa dengan macam gayanya. Namun sesekali kita melihat, mendengar, merasakan, mengadakan acara disekitar gedung itu sangat terbatas, tak tertampung dan seringnya bentrok. Bahkan, mengundang tokoh nasional, internasional untuk hadir pun pasti sedikit minder. Lagi-lagi kapasitas, sarana terbatas dari gedung itu yang tak mampu menawarkan pelayanan baginya.
Sekonyong-konyong ketika pembicara berkaliber datang di SC, seribuan orang pun tiba, menyaksikan; pembicara berkata-kata dihadapan Audiens dan berdesak-desakan untuk saling berebut tempat duduk. Selebihnya yang datang tapi tidak tertampung, tegak berdiri di altar pertunjukkan sambil bersender di kiri dan kanan gedung (aula) itu.
Memang, kita bisa mencoba menggunakan gedung lain. Sebagai misal Auditorium Prof. Harun Nasution, sayang bukannya tidak mau atau tak mampu, terkadang ribet. Ada keragu-raguan di sini dan kesulitan.
Bagi Anda yang pernah mengalami, memang benar adanya. Serasa sulit, melalui perijinan birokrat atas yang kokoh, belum selesai dengan hal itu kita dipusingkan hal lain. Yap! Pengeluaran ini itu, jatah ini itu.
Pilihan lain muncul yang sedikit lebih mudah, Aula Madya, dan gedung SC. Sayang kedua gedung itu kurang familiar, baik di mata pembicara, pemateri atau para donatur pemberi proposal. Kita sedikit tidak pede menggunakan SC, apalagi bertemu dengan pengelolanya. Rasanya begitu hambar. Ada sedikit solusi, dan semoga membantu kita untuk tidak merasa minder. Salah satunya mendobrak kekusutan birokrasi serta mempromosikan nama gedung itu sesuai penamaannya dengan pilihan yang lebih menyengat.
Kita selalu mengatakan Gedung, Aula, Lapangan, Parkiran, yang ada di tengah kampus itu SC, bukan dengan istilah lain. Padahal ada beberapa pemilihan istilah yang baik; Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM).
SC dan PKM memang sama secara substansi, hanya bahasa yang berbeda, asing dan pribumi. Coba rasakan dan hayati dengan-kalau kita bukan sebagai panitia acara-kita sebagai penonton, donatur dan pembicara. Pasti berbeda rasanya mendengar kata SC dan PKM.
Nama PKM lebih menyengat, mempunyai promosi tinggi, dibanding SC. Donatur melihat kata SC di Proposal, pamflet dan lainnya, rasanya biasa saja, rasa psikologis timbul tapi kurang begitu penuh. Bahkan mereka cenderung berfikir apa itu SC? Membuang waktu saja untuk menerjemahkan kata SC tadi. Itu bagi mereka yang kurang paham dan mengerti bahasa Asing. Dan disayangkan, yang memahami bahasa asing sedikit. Maka, sedikit pula yang mengenal SC.
Kata PKM lebih punya daya tarik dan lebih menyengat bagi siapa saja sehingga orang yang mendengar dan melihat terbuai untuk datang, dan membantu dengan menjadi donatur disamping tambahan bumbu-bumbu ngebacot yang mengena.
Alasan yang termaktub, analoginya begini; PKM tersusun tiga kata; Pusat dan setelahnya ada kata Kegiatan Mahasiswa. Bagi mereka yang mendengarnya seolah-olah gedung itu sentralisasi kegiatan kemahasiswaan, bahkan seluruh-bukan hanya UKM. Psikologi bagi orang-orang yang membaca kata itu, mereka dicoba dirayu, diajak untuk datang dan melihat kala ada acara disekitar gedung itu, serius! PKM lebih hebat, masuk kedalam sumsum terdalam, punya daya promosi dari pada SC, meskipun kata SC-kalau yang tahu bahasa asing-berarti pusat mahasiswa. Tapi sayang itu belum sempurna, ada kekurang sedikit. Tidak ada kata kegiatan disana, sehingga orang-orang merasa minder untuk datang.
Kenapa datang, toh tidak ada kegiatan di sana! Hanya pusat mahasiswa, tidak ada kegiatan-kegiatan mahasiswanya.
PKM lebih berhasil dari pada SC untuk masalah kepromosian. Bahasa bukan sekedar simbol, termasuk Bahasa Indonesia, dalam tiap kata ada maknanya dan berfungsilah barisan kata ketika menggunakan kata PKM itu. Dikatakan kita masih setia, ketika tidak selingkuh dengan bahasa lain.
Kalau memang benar PKM lebih bermanfaat penggunaannya dari pda SC, mari buktikan. Tak salah kita mencoba untuk penggunaan PKM dalam setiap acara, promosi, pengajuan surat, proposal dan semacamnya mengingat kegunaan manfaatnya cukup bisa kita terima. Sekali waktu kita tenggelamkan SC, nama Student Center dan menggunakan bentuk kata yang lebih menguntungkan kesemua. Terserah!
0 comments:
Post a Comment