Sadar ku di penghujung hari, impian kekanakan sekarang membentuk senyum pedih. Aku tahu mengapa sang Maha memilih waktu ini untuk memberikannya. Fisik yang bisa melompat jika ada yang menghadang, suara lantang yang bisa berteriak lepas, pikiran yang punya cara nya untuk membuka pintu baru, rasa yang mulai memiliki warna. Impian kekanakan tidak seceria itu sayang..
Impian itu membuat tanganku gemetar, entah.. hingga menggenggam bolpoin saja aku malu melihatnya, hingga membalas pesan saja kesal karena itu mengganggu.
Impian itu membuat pita suaraku bergetar karena hentakan keras suara yang ternyata aku hasilkan.
Impian itu membuat pikiranku bermain dengan waktu lampau, bermain dengan dahan-dahan perkiraan, bermain dengan daun-daun kering kenangan.
Impian itu membuat rasa ini berhiaskan goresan-goresanhalus hingga warna-warna kelabu bersaing, entah.. tapi hanya itu.
Aku ingin tangan ini menggenggam erat apa yang pikiran dan hati berseru riang, yang senyum bisa mengantar kecerian, yang waktu bisa membeku tetap pada gelak tawaku dan impian kekanakan.
23 November’12